Auuwww auuwwww…. Ampoonnnn!
Suara teriakan kesakitan terdengar makin jelas seiring pintu kelas yang terbuka. Oalaahh si anak badung ternyata, Darwin meringis-ringis. Laaa kupingnya dijewer Kong Ragil. Seisi kelas sontak tertawa membahana badai. Lucuuu lihat tampang Darwin yang tangan kanannya menenteng seuntai mangga kekuningan. Wiiih mangga mateng tuh.
Bu Guru Marul, spontan menghampiri Kong Ragil. Tampangnya merah. Alisnya terangkat naik, hmmm persis singa betina yang mau ngamuk, mata dibalik kacamatanya agak melotot. Sangarrr beneran. Nampaknya dia tersinggung, anak didiknya diperlakukan seperti itu. Tau dong, insting emak guru protektifnya muncul. Wah bakalan perang dunia ketiga nampaknya.
“Eeeee ada apaaa inii, maen jewer muridku. Darwin juga kelas udah mulai, malah gak masuk kelas,” katanya kepada Kong Ragil sembari menarik Darwin ke arahnya.
“Eeeh kok situ yang marah, gue neh yang mestinya marah, murid loe nyuri mangga di kebon gueee,” jawab Kong Ragil tak mau kalah.
“Oooo gegara mangga 3 biji ini,” tukas Marul
“Laah 3 biji kalau terus-terusan yaaa bisa gagal panen guee,” ketus Ragil.
“Tapi nggak begitu caranya deh Kong, maen jewer. Coba kalau emak bapaknya tau, bisa dilaporin ke polisi, tauukk,” katanya sambil nyingsingin lengan baju. Ehhh bu guru ndak ada sabar-sabarnya.
“Biar…biarin... laporin, terus masuk Koran, terus viral di sosmed, terus gueee terkenal,” jawab EngKong yang dikenal sableng ini.
Entah berapa lama mereka "beradu mulut" (ingat ada tanda petik yaa). Murid-murid seisi kelas pada bengong. Gimana urusannya ini. Bain sang ketua kelas menyela.
“Bu Guru, EngKong…. Udah jangan ribut. Ini bijimana jadinya urusan,” katanya sok dibijak-bijakin padahal masih unyu-unyu.