Kolak satu baskom itu sudah habis. Anak-anak suka sekali nampaknya. Mereka gembira menikmati bersama-sama. Tak lupa mendengarkan dongengan lucu mbah Gino di sore itu.
"Kami pulang dulu, besok kami main lagi kesini dan dongengin lagi yaa mbah."
Satu persatu anak-anak berpamitan, dan berebut mencium tangan Mbah Gino. Tatakrama, kebiasaaan yang biasa dilakukan di kampung terhadap orangtua.
"Iyaa anak-anak. Ingat kalian boleh bermain tapi jangan lupa belajar."
"Njiihh mbaaaah!!" jawab mereka serempak. Lalu berlarian bergegas pulang.
"Anton kesini dulu. Mbah mau ngomong."
Seorang anak yang dipanggil dengan nama Anton pun menghampiri Mbah Gino. Sementara anak-anak yang lain bergegas pulang. Anton masih kelas 3 Sekolah Dasar, teman Lastri, cucu Mbah Gino. Setelah Anton duduk, Mbah Gino dengan suara pelan bertanya.
"Anton, mbah Cuma mau tanya. Jawab yang jujur yaaa... apakah tadi Anton ambil buah nangka di dapur?"
"Hmm ..." Anton ragu-ragu menjawab. Ia lalu menunduk. Mbah Gino hanya tersenyum.
"Gak apa-apa, Anton ga usah takut, mbah gak marah kok."
"Iiii ... yyyy... aaaa mbah, Anton yang mengambilnya. Mmmaaaffin Anton mbah."