Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puluhan Menantu Pribumi Dikucilkan Mertua Arab (Kisah Nyata)

1 Mei 2011   09:01 Diperbarui: 15 Juni 2016   06:00 3826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_104451" align="aligncenter" width="569" caption="arab family"][/caption] Bagaimana sih keluarga Arab Indonesia memperlakukan menantu non Arab? Bahwa agama dan tradisi dijadikan alat penolakan menantu non Arab adalah sah sebagai jawaban diplomatis untuk tidak menyakiti hati menantu dan besan. Walaupun alasan sebenarnya adalah fanatisme ras dan kepentingan harta yang tidak bisa dipungkiri.

Pantesan lain yang diungkapkan di depan umum, lain pula yang ditegaskan di balik pintu. Tak heran banyak menantu pribumi dikucilkan oleh keluarga mertua Arab. Hanya sedikit yang legowo menerima kehadiran mereka yang dianggap "tidak level" dengan bangsa/keluarga Arab. Namun generasi baru melawan tradisi tsb. Berikut ini beberapa contoh kejadian nyata yang populer di kalangan keluarga Arab di Pulau Jawa. Mohon maaf kisah nyata itu saya samarkan baik nama maupun tempat kejadian, demi melindungi keluarga yang tersakiti dan demi memberikan pelajaran agar tidak terulang.

&&&

 

1) Menantu Betawi dikucilkan puluhan tahun

Pemuda "Wan Rozali" cinta betul kepada gadis cantik "Aminatun" . Mereka satu kampus di Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Keluarga Wan Rozali yang Arab melancarkan ancaman jangan sampai mereka nikah. Namun setelah lulus kuliah mereka nekad nikah tanpa restu dan tanpa kehadiran keluarga Wan Rozali. Alasan yang diangkat adalah peristiwa itu merupakan aib bagi keluarga Wan Rozali yang terkenal mapan banyak harta.

"Malu-maluin aja punya mantu akhwal (pribumi)," kira-kira begitu.

Walhasil setelah beranak tiga orang Wan Rozali tetap silaturahmi kepada Abah dan Umi (ayah dan ibu) kandungnya, namun tidak berani membawa istri karena keluarga akan buang muka. Baru sekitar 10 tahun kemudian keadaan jungkir balik. Keluarga besar Wan Rozali terkena banyak kasus yang memalukan, keluarga tetap tajir makmur tapi berantakan. Pada saat yang sama pasangan Wan Rozali dan Aminatun kian naik daun, bersih dari segala masalah. Atas kesabaran pasangan Wan Rozali dan Aminatun jadilah keduanya andalah bagi keluarga besar Arab.

Sejak saat itu, sekitar tahun 2000, kebanggaan punya menantu Arab mulai luntur. Pembenci menantu pribumi terpaksa menelan ludah sendiri karena menantu dan besan pribumi tanpil sebagai dewa penyelamat ketika keadaan keluarga Arab gelap gulita menderita berbagai azab yang sangat pedih. Kejadian ini anggap saja di kota Surabaya.

&&&

 

2) Calon menantu Jawa dituduh maen dukun santet

"Wan Farizi" susah dapet jodoh tapi naksir berat sama "Sumiyating". Mereka masing masing sudah berusia di atas 30 tahun. Sayang disayang keluarga besar Wan Farizi tidak rela anak laki satu-satunya dapet istri non Arab. Katanya "nauzubillah min zalik" (maksudnya perbuatan hina) bila itu terjadi. Karena Wan Farizi terus mempertahankan cinta terlarang maka saudara Wan Farizi melancarkan tuduhan bahwa Sumiyating pasti maen dukun pelet dan santet agar Wan Farizi tergila-gila.

Tuduhan tidak terbukti tapi ampuh sebagai hasutan.

Wan Farizi akhirnya nikah dengan sesama Arab kira-kira 10 tahun kemudian, tapi hanya bertahan satu semester (6 bulan) lalu cerai. Melewati usai 40 tahun Wan Farizi,  keluarganya lempar handuk, tidak lagi berani melarang beristri pribumi (istilah Arabnya "akhwal"). Seperti ditebak sebelumnya Wan Farizi kemudian memperistri pribumi Sunda dan telah menghasilkan seorang anak. Menyaksikan kemajuan dan kebahagiaan rumah tangga Wan Farizi-Sumiyating maka tutup mulutlah keluarga besar Arab seakan dahulunya tidak pernah gencar melancarkan gerakan anti menantu pribumi secara keji.

Mungkin mereka sudah tobat.  Kejadian ini anggap saja di sebuah kota di Malang Jawa Timur.

&&&

3) Lamaran Ustad Sunda ditolak mentah-mentah

Sebuah keluarga besar dengan 7 perempuan sangat anti menantu pribumi. "Faizahi" yang cantik sudah melewati usia 30 tahun kenal dekat ustad "Nanang Sunanang". Suatu hari tahun 1990an datang  guru ngaji yang baik hati dan terhormat tsb untuk melamar Faizahi. Sayang disayang  Nanang Sunanang punya dosa besar bawaan lahir - di mata keluarga Faizahi-  yaitu bukan berayah Arab (keturunan Arab).

Lamaran ditolak mentah-mentah. "Nauzubillah min zalik dapet akhwal," kira-kira begitu nada penghinaan di balik pintu.

Kira-kira 15 tahun kemudian Faizahi yang mendekati usia 50 tahun menyerah pada nasib. Dulu perjaka Nanang Sunanang ditolak mentah-mentah dengan buang muka, kini duda beranak 4 pribumi diterima sebagai suami dengan senang hati. Malah dibangga-banggakan sebagi suami yang eman dan tanggung jawab. Kejadian ini anggap saja di Tangerang Jawa Barat.

:::

Kisah-kisah terkait:

Mitos Orang Arab Memilih Jodoh

Siasat Menaklukan Orang Arab

Rahasia Bisnis Orang Arab Dengan Cina Indonesia

:::

Masih banyak kejadian serupa sejak tahun 1960an

Penolakan mantu non Arab biasanya datang dari Arab Totok alias garis keras fanatik. Mereka menempati bagian mayoritas pada Jaman Orde Lama hingga Orde Baru Indonesia. Namun sejak 1980an posisi bergeser seiring kemajuan pendidikan dan wawasan pergaulan generasi baru. Malah sejak 1990 garis keras terdesak menjadi minoritas.

Penolakan umumnya atas dasar tradisi Arab Kuno sebelum datangnya Islam. Yaitu agar anak berjodoh dengan marga yang sama agar akrab tanpa benturan budaya. Perempuan wajib dapet Arab agar anaknya tetap Arab karena garis keturunan dilihat dari darah sang ayah. Sedangkan alasan pokok lain adalah ini:

(1) Bangsa Arab adalah bangsa terunggul di dunia buktinya Nabi Muhammad orang Arab dan (2) Supaya harta waris tidak jatuh ke bangsa lain.

Namun nyatanya kalo dapet menantu tajir (kaya) apalagi lebih kaya dari keluarga sendiri hampir pasti bersih dari segala penolakan, malah jadi kebanggaan bahwa anaknya laku disunting orang kaya. "Fulus tidak fenting, tapi fokok, " begitu kira-kira bahasa guyonan yang umum.

Namun jangan lupa yang satu ini. Pengalaman membuktikan bawa tidak tepat juga bila dikatakan hanya etnis Arab yang suka menolak menantu beda etnis. Buktinya saya sendiri dulu ditolak calon mertua Jawa tulen golongan priyayi. Alasannya karena saya keturunan Arab (ayah saya Arab, ibu saya Jawa asli). Katanya takut antar besan tidak nyambung karena beda tradisi. Teman - teman lain juga senasib dengan saya, hanya karena keturunan Arab ditolak mentah mentah dengan alasan yang dibuat-buat oleh keluarga pribumi.

Nah, dari contoh-contoh nyata di atas bisakah disimpulkan bahwa penolakan jodoh beda etnis tergantung kepentingan pribadi masing-masing...? Nyatanya , penolakan tsb tidak ada hubungan dengan agama tapi semata-mata sentimen ras dan kepentingan harta!

***

Posted by Ragile (asli dan lengkapnya: Agil bin Abdullah bin Said Al-Batati)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun