Kisah-kisah terkait:
Mitos Orang Arab Memilih Jodoh
Rahasia Bisnis Orang Arab Dengan Cina Indonesia
:::
Masih banyak kejadian serupa sejak tahun 1960an
Penolakan mantu non Arab biasanya datang dari Arab Totok alias garis keras fanatik. Mereka menempati bagian mayoritas pada Jaman Orde Lama hingga Orde Baru Indonesia. Namun sejak 1980an posisi bergeser seiring kemajuan pendidikan dan wawasan pergaulan generasi baru. Malah sejak 1990 garis keras terdesak menjadi minoritas.
Penolakan umumnya atas dasar tradisi Arab Kuno sebelum datangnya Islam. Yaitu agar anak berjodoh dengan marga yang sama agar akrab tanpa benturan budaya. Perempuan wajib dapet Arab agar anaknya tetap Arab karena garis keturunan dilihat dari darah sang ayah. Sedangkan alasan pokok lain adalah ini:
(1) Bangsa Arab adalah bangsa terunggul di dunia buktinya Nabi Muhammad orang Arab dan (2) Supaya harta waris tidak jatuh ke bangsa lain.
Namun nyatanya kalo dapet menantu tajir (kaya) apalagi lebih kaya dari keluarga sendiri hampir pasti bersih dari segala penolakan, malah jadi kebanggaan bahwa anaknya laku disunting orang kaya. "Fulus tidak fenting, tapi fokok, " begitu kira-kira bahasa guyonan yang umum.
Namun jangan lupa yang satu ini. Pengalaman membuktikan bawa tidak tepat juga bila dikatakan hanya etnis Arab yang suka menolak menantu beda etnis. Buktinya saya sendiri dulu ditolak calon mertua Jawa tulen golongan priyayi. Alasannya karena saya keturunan Arab (ayah saya Arab, ibu saya Jawa asli). Katanya takut antar besan tidak nyambung karena beda tradisi. Teman - teman lain juga senasib dengan saya, hanya karena keturunan Arab ditolak mentah mentah dengan alasan yang dibuat-buat oleh keluarga pribumi.