Kedua bola mata monster meletus pecah. Darah hitam muncrat ke mana-mana. Monster terkekeh-kekeh girang. Mengundang sorak-sorai dari kegelapan yg meraung-raung dg ritme mistis alunan mantra-mantra purba, asap dupa, dan amis darah hewan korban berceceran sepanjang lantai.
Jokerseh semakin gentar dan tak berdaya, lunglai dan nista bertatapan dg kelopak mata monster yg kosong melompong meninggalkan bekas darah hitam mengeras. Maut menjemput. Dari lembah asmara penuh bunga-bunga menuju altar neraka paling gelap dan beringas.
Wajah monster mendekat dalam jarak sesenti dari hidung Jokerseh. Pemuda tangung itu tak tahan lagi, ancaman maut di depan mata. Punggungnya meraskan penolakan tembok berpaku tumpul di semua sisi. Monster meringis dg senyum mengejek, kedua bola matanya kosong, meleleh darah hitam.
.....Mendekat… mendekat… mendekat…. Mulut menganga memerkan gigi-gigi taring untuk mencabik-cabik tubuh sampai semua kuku copot dari daging.
“Jangaaan….. Jangaaaan…. Jangaaaaaaaaaan…..!!!”
Melengking keras jeritan, disusul “Huk Huk Huk…..” Jokerseh sesenggukan pasrah. Punggungnya terguncang-guncang hebat. Tak sadar meremas-remas kepalan tangan ke dalam lipatan pahanya yg basah kuyup.
Genangan air mata merembes menembus bluejeans hingga mata kaki. Dipejamkan kedua matanya rapat-rapat dalam gelap dan maut. Maut dan gelap. Sesenggukan pemuda Jokerseh kian menjadi-jadi, guncangan punggung kian tak terkendali, meronta liar. Air mata terus mengucur deras, sederas kucuran keringat dari handuk tukang becak yg dipelintir sekuat tenaga di tengah panas terik.
Tiba-tiba tangan kanannya menghujam ke bumi lalu teriak sejadi-jadinya.
“Tobaaat.... Tobaaaaat.... Ya Allah, Tobaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattt!!!!”
Sepi seketika.
&&&