Tak ada jawab, hanya senyum simpul sambil terus melaju. Jokerseh mbatin. Bangset. Asu edan. Sialan, sudah jauh nemeni jalan nih.... Rugi dong kalau cuma jalan bareng senggol-senggolan tangan thok. Akh, sabar dulu. Biar gimana senggolan tangannya saja terasa anget bener. Kayaknya sama-sama napsu nih. Sabar dulu akh, baru ketemu sekali masa iya ngajak cium-ciuman? Tidak etis kata Harmoko.
&&&
Tapi ini jalan sudah sepi, jauh dari keramaian. Banyak pohon lagi. Dan hari sudah mulai gelap. Tuh, sebelah kanan ada gubuk kosong. Kayaknya strategis buat sebuah koalisi asmara di arean sunyi tanpa saksi mata yg memberatkan alibi, mantaaaaaf….
“Neng. Neng. Neng… Emm…Emm…Ek!”
Tiba-tiba si gadis berhenti. Berdiri tegak lurus. Kaku. Membelokan badan ke arah Jokerseh yg diam terpaku. Lalu mereka berhadap-hadapan. Dia mendekat, dekat sekali hampir keduanya berdempetan dada. Jokerseh deg-degan, jantung berdebar kencang. Jokerseh mbatin. Saat yg ditunggu-tunggu datang juga. Momentum kemesraan akan segera dimulai. Si cewek ternyata agresif. Jokerseh haqqul yakin. Kedua tangannya siap menyambut dekapan yg paling hot dg segala dampaknya. Termasuk dampak sistemik akibat percintaan dua makhluk yg belum saling kenal.
Kedua pasang mata saling pandang, Jokerseh tersenyum, si gadis menatap tajam. Tak sadar bulu kuduk Jokerseh merinding, entah isyarat ganjil dari lapisan langit ke berapa. Ketakutan merayap cepat ke seluruh nadi dan sendi. Pelan-pelan kelopak mata si gadis terbuka. Lebar…. Makin lebar. Kedua bola mata melotot. Mendelik... Meronta keluar dg paksa.
Kedua bola mata menggelembung…menggelembung… membesar seukuran bola pingpong…
Jokerseh menggigil seram menyaksiskan bola mata si gadis keluar dari kelopak mata. Dia berusaha melangkah mundur tapi sia-sia. Sekujur tubuhnya menggigil, gemetar ketakutan, lemas-lemas lunglai serasa semua tulang dilucuti dari daging. Dilihatnya tubuh si gadis berubah rupa. Membiru kelam semua kulit tubuhnya, memanjang semua bulu, kukuk dan rambutnya. Membengkak badanya sebesar kerbau.
Diiringi bau busuk bangkai menyengat hidung . Dia bukan lagi gadis yg tadi tapi seekor monster ganas dari alam kegelapan. Merasakan desakan horror dan terror paling mematikan, Jokerseh terkencing-kencing di hadapan monster yg pernah dicintainya setengah mati semenit yg lalu. Kedua telapak tangan berusaha menghalangi pandangan bengis penuh benci si monster. Lalu terdengar bunyi letusan .
“Tosss!!!”, "Craaat!!!"