Mohon tunggu...
Ragam Potret
Ragam Potret Mohon Tunggu... Jurnalis - Menangkap Berita Memotret Realita

Ragam Potret adalah media massa yang fokus menyajikan berita seputar bahasa dan sastra Indonesia. Dengan slogan Menangkap Berita dalam Satu Bingkai Cekrek!. Adapun data dan struktur perusahaan kami sebagai berikut. Pimpinan Umum: Dr. David Setiadi, M.Hum., Manajemen Perusahaan Pimpinan Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana, Sekretaris: Annisa Syaqila Supriatna, Bendahara: Najwa Ashma Najiyah, Manajemen Redaksi Pimpinan Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna, Wakil Redaksi: Ismi Nurramadhan, Sekretaris: Is-Ma-Ae Tahloding, Editor: Annisa Syaqila Supriatna, Penulis: Ismi Nurramadhan. Alamat Perusahaan: Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43113 Gedung Perusahaan: Gedung E, Ruang E13, Laboratorium PBSI Email: ragampotret@gmail.com Instragram: ragampotret23 Penanggung Jawab Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana 0858-6451-2530 Penanggung Jawab Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna 0895-1681-1696

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ini Dia Sastrawan Indonesia yang Membahas Feminisme!

16 Desember 2024   21:15 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Halo sobat potret, apa yang terjadi ketika feminisme bertemu dengan dunia sastra? Jawabannya ada pada karya-karya sastrawan yang menjadikan feminisme sebagai narasi utama. Lewat tulisan mereka, isu-isu kesetaraan, perjuangan perempuan, hingga kritik terhadap budaya patriarki dituangkan dengan penuh daya. Tak hanya perempuan, sejumlah sastrawan laki-laki pun turut menyuarakan perjuangan ini melalui karyanya. Tapi, siapa saja mereka? Dan sejauh mana karya-karya mereka mengubah pandangan kita tentang feminisme? Berikut ini nama-nama sastrawan Indonesia yang membalas feminisme. 

1.N.H Dini

Semua karyanya memiliki benang merah yakni persoalan perempuan di tengah budaya patriarki. N.H Dii sendiri mulai berkarya pada tahun 70-an dan dianggap sebagai pelopor penulis feminis dalam sastra Indonesia modern. Salah satu karyanya yang membahas feminisme yaitu "Pada Sebuah Kapal" yang mengisahkan perjuangan perempuan untuk mandiri dan menghadapi permasalahan pernikahan yang penuh ketidaksetaraan.

2.Ayu Utami

Melalui karya-karyanya Djenar Maesa Ayu mendobrak batas ketabuan bahasan seksualitas bagi masyarakat Indonesia. Ia serinngkali menyuarakan ketidakadilan yang diterima perempuan secara seksualitas dan kebebasan perempuan untuk menentukan nasib tubuhnya sendiri. Salah satu karyanya yang membahas feminisme yaitu "Saman" yang membahas seksualitas, kebebasan perempuan, dan kritik terhadap penindasan perempuan dalam budaya patriarkal.

3. Fira Basuki

Novel Biru karya Fira Basuki sering dianggap sebagai pokok pikiran feminisme radikal , dengan hubungan perempuan dan seks yang menjadi cerita dasarnya. "Jendela-Jendela" -- Menyoroti isu perempuan modern yang berjuang untuk mendapatkan kebebasan dan pengakuan dalam kehidupan pribadi dan profesional. Salah satu karyanya yang membahas feminisme yaitu "Jendela-Jendela" yang menyoroti isu perempuan modern yang berjuang untuk mendapatkan kebebasan dan pengakuan dalam kehidupan pribadi.

4.Dewi Lestari

Dewi Lestari (Dee) adalah penulis Indonesia yang karyanya sering mengangkat tema feminisme. Tokoh perempuan dalam novelnya, seperti "Supernova" dan "Perahu Kertas", digambarkan sebagai sosok mandiri, cerdas, dan berdaya, mencerminkan dukungannya terhadap kebebasan dan kesetaraan gender.

5.Sutan Takdir Alisjahbana (STA)

STA adalah tokoh sastrawan dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai pelopor angkatan Pujangga Baru. Dalam karyanya, ia kerap membahas modernisasi dan emansipasi perempuan. Salah satu contoh karyanya yang mencerminkan gagasan feminisme adalah "Layar Terkembang" (1936), yang menyoroti perjuangan perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kebebasan dalam menentukan hidup.

6.Yusuf Bilyarta Mangunwijaya

Romo Mangun, panggilan akrabnya, adalah sastrawan, arsitek, dan pastor Katolik yang sering mengangkat isu-isu kemanusiaan dan keadilan sosial. Dalam karyanya "Burung-Burung Manyar" (1981), ia menampilkan karakter perempuan yang berani, kuat, dan mandiri, seperti tokoh Setadewa yang memilih jalannya sendiri. Romo Mangun mendukung kesetaraan gender melalui kritik sosial dalam sastra.

7.Putu Wijaya

Putu Wijaya dikenal sebagai penulis cerita pendek, novel, dan naskah drama dengan gaya eksperimental. Dalam cerpennya ia sering menggambarkan tokoh perempuan yang menantang norma tradisional. Salah satu karyanya yang membahas feminisme yaitu "Stasiun" yang menggambarkan perempuan yang berjuang melawan norma tradisional dan ketidakadilan dalam kehidupan sosial.

Sastra telah menjadi medium yang kuat untuk mengangkat isu-isu feminisme. Melalui kata-kata, para sastrawan tidak hanya menciptakan keindahan, tetapi juga menghidupkan perlawanan terhadap ketidakadilan. Kini saatnya kita bertanya seberapa dalam karya-karya ini telah mengubah cara kita memandang dunia dan memperjuangkan kesetaraan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun