Mohon tunggu...
Ragam Potret
Ragam Potret Mohon Tunggu... Jurnalis - Menangkap Berita Memotret Realita

Ragam Potret adalah media massa yang fokus menyajikan berita seputar bahasa dan sastra Indonesia. Dengan slogan Menangkap Berita dalam Satu Bingkai Cekrek!. Adapun data dan struktur perusahaan kami sebagai berikut. Pimpinan Umum: Dr. David Setiadi, M.Hum., Manajemen Perusahaan Pimpinan Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana, Sekretaris: Annisa Syaqila Supriatna, Bendahara: Najwa Ashma Najiyah, Manajemen Redaksi Pimpinan Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna, Wakil Redaksi: Ismi Nurramadhan, Sekretaris: Is-Ma-Ae Tahloding, Editor: Annisa Syaqila Supriatna, Penulis: Ismi Nurramadhan. Alamat Perusahaan: Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43113 Gedung Perusahaan: Gedung E, Ruang E13, Laboratorium PBSI Email: ragampotret@gmail.com Instragram: ragampotret23 Penanggung Jawab Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana 0858-6451-2530 Penanggung Jawab Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna 0895-1681-1696

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ini Dia Sastrawan Indonesia yang Membahas Feminisme!

16 Desember 2024   21:15 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

6.Yusuf Bilyarta Mangunwijaya

Romo Mangun, panggilan akrabnya, adalah sastrawan, arsitek, dan pastor Katolik yang sering mengangkat isu-isu kemanusiaan dan keadilan sosial. Dalam karyanya "Burung-Burung Manyar" (1981), ia menampilkan karakter perempuan yang berani, kuat, dan mandiri, seperti tokoh Setadewa yang memilih jalannya sendiri. Romo Mangun mendukung kesetaraan gender melalui kritik sosial dalam sastra.

7.Putu Wijaya

Putu Wijaya dikenal sebagai penulis cerita pendek, novel, dan naskah drama dengan gaya eksperimental. Dalam cerpennya ia sering menggambarkan tokoh perempuan yang menantang norma tradisional. Salah satu karyanya yang membahas feminisme yaitu "Stasiun" yang menggambarkan perempuan yang berjuang melawan norma tradisional dan ketidakadilan dalam kehidupan sosial.

Sastra telah menjadi medium yang kuat untuk mengangkat isu-isu feminisme. Melalui kata-kata, para sastrawan tidak hanya menciptakan keindahan, tetapi juga menghidupkan perlawanan terhadap ketidakadilan. Kini saatnya kita bertanya seberapa dalam karya-karya ini telah mengubah cara kita memandang dunia dan memperjuangkan kesetaraan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun