Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Dzulfikar
Muhammad Rafly Dzulfikar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan Teknik Industri di Universitas Katolik Parahyangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan bagi Remaja Indonesia pada Industri 4.0

21 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 21 Januari 2021   11:55 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sebagai contoh ketika para siswa/mahasiswa sedang melakukan kerja kelompok dalam memecahkan sebuah permasalahan , jika salah satu dari mereka sudah mengemukakan sebuah opini dan mayoritas anggota kelompoknya sudah mendukung opini tersebut, mereka yang tidak setuju dengan opini tersebut cenderung "menyembunyikan" kreativitasnya dalam memecahkan masalah karena mereka merasa kurang percaya diri dan menganggap opini yang sudah didukung oleh mayoritas anggota kelompok tersebut adalah yang terbaik. 

Hal ini sangatlah keliru sebab semua opini dari setiap anggota kelompok perlu disampaikan lalu mereka perlu melakukan sebuah voting untuk menentukan opini mana yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok tersebut. 

Di Indonesia, seseorang akan percaya diri ketika hasil kreativitas dan inovasinya diakui oleh banyak orang sebab sebuah pengakuan sangatlah diperlukan oleh orang Indonesia. Justru hal tersebut akan berdampak buruk jika rasa percaya diri yang dimiliki seseorang tergantung pada pengakuan dari orang lain. Remaja yang memiliki daya kreatif dan inovatif yang sangat baik pun tidak akan berkembang jika mereka masih bergantung pada pengakuan dari orang lain.

Dalam menghadapi Industri 4.0 para remaja dituntut untuk mampu berpikir kritis ketika mendapatkan informasi dari internet. Hal tersebut dapat menjadi sebuah solusi agar mereka tidak mudah percaya dengan berita hoaks. Dalam masalah ini ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Pertama, pemerintah perlu menyiapkan pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan sumber daya manusia. Hal ini dapat direalisasikan dengan menyeimbangkan pendidikan eksakta dan pendidikan humaniora. 

Pendidikan eksakta berperan dalam pengembangan kemampuan untuk menggunakan berbagai teknologi, sedangkan pendidikan humaniora berperan dalam menjaga kualitas sumber daya manusia. Sebab teknologi berkembang dengan sendirinya dan meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan agama. Oleh karena itu, perkembangan teknologi perlu diimbangi dengan pendidikan humaniora. Kedua, pemerintah perlu melakukan sebuah inovasi dalam membuat satu situs atau aplikasi resmi yang dapat melakukan pengecekan terhadap suatu berita atau informasi yang berupa hoaks. 

Dalam situs atau aplikasi itu juga para remaja atau masyarakat difasilitasi untuk melaporkan berita atau informasi hoaks yang mereka dapatkan. Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh para remaja adalah mereka harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendorong mereka untuk mempertanyakan sebuah kebenaran dari asumsi yang didapatkan melalui sebuah informasi.

 Langkah berikutnya adalah para remaja perlu membiasakan diri untuk mempertanyakan hal-hal yang ada di sekelilingnya, misalnya, bagaimana proses terjadinya hujan, bagaimana proses pembuatan kertas, dan berbagai proses lainnya yang terjadi di sekeliling mereka. Dengan banyak bertanya, mereka akan mencari tahu jawabannya melalui berbagai referensi dan secara tidak langsung akan mengasah kemampuan berpikir kritis.

Dalam rangka mengatasi rendahnya kemampuan literasi, pemerintah perlu membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama dalam penyediaan listrik, perpustakaan digital, lab komputer, dan akses internet yang memadai.[3] Hal tersebut dapat mengatasi sulitnya penyediaan buku di daerah terpencil dengan memanfaatkan perpustakaan digital yang terhubung dengan internet.

 Saat ini sudah banyak perpustakaan digital yang memfasilitasi para remaja untuk dapat membaca atau mengunduh buku secara gratis bahkan buku-buku digital pun sudah tersedia versi audionya sehingga memudahkan mereka untuk memahami isi buku tersebut tanpa merasa bosan. Para remaja perlu membiasakan diri untuk menulis yang bisa dimulai dengan menulis blog atau catatan harian. Biasanya pembaca yang baik adalah seseorang yang terampil dalam menulis.

Pemerintah memegang andil yang sangat besar untuk menangani berbagai kesenjangan di Indonesia, khususnya kesenjangan digital. Dana yang sangat besar pun sudah dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur digital. Dalam hal ini, perlu adanya kesadaran diri dari setiap remaja untuk bisa memahami kondisi ekonominya. Para remaja cenderung selalu meminta gawai model terbaru kepada orang tuanya tanpa memikirkan kondisi ekonomi yang sedang dialami. Pengaruh lingkungan sosial menjadi penyebab mereka selalu ingin up to date dalam memiliki gawai model terbaru padahal belum tentu mereka membutuhkan barang tersebut. 

Oleh karena itu, para remaja harus bisa menahan diri untuk tidak terlalu "haus" akan gawai model terbaru jika merasa belum membutuhkannya. Perlunya selektif dalam memilih lingkungan pergaulan pun sangatlah penting agar tidak memberikan pengaruh buruk. Mereka pun harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang mereka punya dan fokus untuk mengejar cita-citanya. Jangan membiasakan gaya hidup yang mewah jika tidak sebanding dengan kemampuan diri yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun