Mohon tunggu...
Muhammad RaflyAnshari
Muhammad RaflyAnshari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis LQ dan Shift Share di Kabupaten Tabalong 2023

8 November 2024   21:58 Diperbarui: 8 November 2024   22:15 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan ekonomi daerah menjadi salah satu fokus utama kebijakan pembangunan nasional di Indonesia. Pendekatan pembangunan yang berorientasi pada daerah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antar wilayah serta mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat secara merata. 

Kabupaten Tabalong, yang memiliki letak atau berada di ujung utara Provinsi Kalimantan Selatan, memiliki potensi ekonomi yang unik dan beragam, mulai dari sumber daya alam yang kaya hingga kegiatan ekonomi yang mencakup sektor pertambangan, pertanian, dan jasa. Namun, dalam menghadapi perubahan ekonomi global dan nasional, daerah ini perlu mengidentifikasi sektor-sektor unggulan yang bisa untuk dikembangkan lebih lanjut agar mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Pentingnya memahami struktur ekonomi daerah mendorong berbagai studi dan penelitian yang menggunakan alat analisis ekonomi regional, seperti Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis. Kedua metode ini memungkinkan analisis mendalam mengenai kontribusi sektor-sektor tertentu dalam perekonomian daerah serta daya saing daerah dalam konteks lebih luas. 

Analisis LQ berfungsi mengidentifikasi sektor basis, yaitu sektor yang produk atau jasanya diekspor ke luar daerah dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian lokal. Dengan metode LQ, kita dapat mengetahui sektor-sektor mana yang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tabalong dan berpotensi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah(Abadi et al., 2024).

Di sisi lain, analisis Shift Share membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Tabalong dengan membandingkan pertumbuhan daerah dengan tingkat nasional. 

Melalui komponen-komponen yang ada dalam analisis Shift Share, yaitu pertumbuhan nasional, perubahan struktur industri, dan daya saing kompetitif, penelitian ini mampu memberikan gambaran lebih komprehensif mengenai kinerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong.

 Misalnya, analisis ini dapat mengungkapkan apakah pertumbuhan suatu sektor lebih dipengaruhi oleh tren nasional atau faktor lokal, serta apakah sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih tinggi atau justru menghadapi tantangan di tingkat regional maupun nasional(Bangun, 2017).

Pada tahun 2023, pemerintah daerah Kabupaten Tabalong terus mendorong strategi pembangunan yang berfokus pada peningkatan daya saing daerah melalui pemanfaatan potensi sektor unggulan. Dalam konteks ini, analisis LQ dan Shift Share menjadi relevan, karena hasilnya dapat memberikan informasi mengenai sektor-sektor yang perlu diprioritaskan dan strategi pengembangan yang sesuai. 

Sektor-sektor yang memiliki nilai LQ tinggi dan kontribusi positif dari analisis Shift Share dapat diidentifikasi sebagai sektor unggulan yang berpotensi memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah. Sebaliknya, sektor-sektor dengan kontribusi negatif perlu diperhatikan, karena mungkin memerlukan intervensi kebijakan atau strategi revitalisasi agar mampu berkontribusi lebih optimal dalam perekonomian daerah(Hendayana, 2003).

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023 dengan memakai metode analisis LQ dan Shift Share. Dengan adanya pemetaan sektor-sektor basis dan non-basis, serta pemahaman tentang faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pertumbuhan sektor-sektor tersebut, diharapkan dapat ditemukan arah kebijakan yang tepat untuk mengembangkan perekonomian Tabalong.

 Hasil penelitian ini juga dapat menjadi landasan bagi perumusan strategi peningkatan daya saing daerah dalam kerangka persaingan di tingkat provinsi, nasional, bahkan internasional. Selain itu, studi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi akademis dalam literatur ekonomi regional, khususnya yang berfokus pada analisis sektor basis dan daya saing daerah di wilayah dengan sumber daya alam melimpah dan kaya seperti Kabupaten Tabalong(HUSAINI & SIREGAR, 2019).

Secara keseluruhan, analisis LQ dan Shift Share tidak hanya memberikan gambaran tentang posisi ekonomi saat ini, tetapi juga potensi transformasi ekonomi daerah ke depan. Dengan memahami karakteristik dan pola perkembangan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong, pemerintah daerah serta para pemangku kepentingan diharapkan mampu membuat kebijakan yang lebih efektif dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. 

Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Tabalong melalui kebijakan pembangunan ekonomi yang lebih terarah dan berbasis pada data(Muta'ali, 2019).

 

 

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka ini akan membahas konsep dasar dan teori yang mendasari dua metode utama yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis. Selain itu, akan dibahas juga beberapa penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan analisis sektor basis dan pertumbuhan ekonomi regional, khususnya di daerah-daerah yang memiliki karakteristik ekonomi serupa dengan Kabupaten Tabalong.

1. Teori Location Quotient (LQ)

Konsep Location Quotient (LQ) merupakan salah satu metode dalam analisis ekonomi regional yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis di suatu wilayah. LQ adalah rasio yang membandingkan proporsi suatu sektor di wilayah lokal dengan proporsi sektor yang sama di wilayah yang lebih luas, misalnya nasional. Jika nilai LQ suatu sektor lebih besar dari 1, sektor tersebut dianggap sebagai sektor basis, yang berarti memiliki potensi untuk menghasilkan produk atau jasa yang dapat diekspor keluar wilayah. Sebaliknya, jika nilai LQ kurang dari 1, sektor tersebut dianggap sebagai sektor non-basis, yang lebih berfokus pada memenuhi kebutuhan lokal (Arsyad, 2010).

Menurut Richardson (1978), analisis LQ dapat membantu pemerintah daerah dalam mengidentifikasi sektor unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penggerak ekonomi daerah. Sektor basis yang telah teridentifikasi melalui LQ ini tidak hanya penting dalam mendorong pendapatan daerah, tetapi juga dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan menggerakkan sektor-sektor lain yang terkait. Sebagai metode yang sederhana dan mudah diterapkan, LQ telah banyak digunakan dalam penelitian ekonomi regional di berbagai negara untuk memahami struktur ekonomi suatu wilayah.

2. Teori Shift Share Analysis

Shift Share Analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk menguraikan pertumbuhan suatu sektor menjadi beberapa komponen, yaitu pertumbuhan nasional (national growth component), pertumbuhan industri (industrial mix component), dan daya saing kompetitif (regional shift component). Metode ini dikembangkan untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan sektor tertentu di suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti kondisi perekonomian nasional, serta faktor-faktor internal yang spesifik pada daerah tersebut (Dunn, 1960).

Komponen pertama, yaitu pertumbuhan nasional, menunjukkan dampak pertumbuhan ekonomi nasional terhadap sektor di daerah. Komponen kedua, yaitu pertumbuhan industri, mencerminkan pengaruh struktur industri pada sektor tertentu, yang mana sektor-sektor dengan pertumbuhan cepat di tingkat nasional akan berdampak positif pada daerah tersebut. 

Sementara itu, komponen daya saing kompetitif menunjukkan keunggulan kompetitif sektor tersebut dibandingkan sektor serupa di wilayah lain. Melalui analisis ini, pemerintah daerah dapat memahami apakah pertumbuhan suatu sektor lebih dipengaruhi oleh tren nasional atau faktor-faktor lokal yang menjadi keunggulan daerah (Miller et al., 1991).

3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa analisis LQ dan Shift Share efektif dalam mengidentifikasi sektor unggulan dan memberikan gambaran mengenai daya saing suatu daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Yuliati (2017) di Provinsi Jawa Tengah, misalnya, menemukan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor basis dengan nilai LQ tinggi dan daya saing kompetitif yang signifikan. Hasil ini menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk mendorong investasi pada sektor tersebut sebagai salah satu upaya peningkatan perekonomian daerah.

Studi lain oleh Rahmatika dan Harini (2019) yang mengkaji sektor ekonomi di Kabupaten Sleman menggunakan metode LQ dan Shift Share menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki nilai LQ lebih dari 1 dan kontribusi positif dalam komponen daya saing kompetitif. 

Penelitian ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan perlu mendapatkan prioritas dalam strategi pengembangan daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan serupa di berbagai wilayah lain yang juga menggunakan analisis LQ dan Shift Share untuk memahami sektor-sektor ekonomi yang dapat dioptimalkan(Najah & Panjawa, 2021).

Di Kalimantan, studi yang dilakukan oleh Yusrina dan Marzuki (2021) menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Kalimantan Timur memiliki nilai LQ tertinggi dan berkontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah. 

Namun, sektor ini menghadapi tantangan dalam aspek keberlanjutan dan ketahanan ekonomi jangka panjang, sehingga disarankan untuk mengembangkan sektor-sektor lain yang lebih berkelanjutan, seperti pertanian dan jasa. Temuan ini relevan dengan konteks Kabupaten Tabalong, yang juga memiliki ketergantungan tinggi pada sektor sumber daya alam.

4. Analisis Sektor Basis dan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Teori dasar mengenai sektor basis menjelaskan bahwa sektor basis adalah penggerak utama ekonomi suatu wilayah karena sektor ini menghasilkan produk yang dapat dipasarkan keluar daerah. 

Konsep ini diperkenalkan dalam teori basis ekonomi yang dikembangkan oleh Hoyt (1939), yang menyatakan bahwa sektor basis berperan penting dalam menciptakan efek multiplier, di mana peningkatan pendapatan di sektor basis akan meningkatkan permintaan pada sektor-sektor lain di wilayah tersebut.

 Dalam konteks Kabupaten Tabalong, memahami sektor basis dapat membantu mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki daya ungkit tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan(Muljanto, 2021).

Secara umum, kajian pustaka ini menunjukkan bahwa analisis LQ dan Shift Share telah banyak diterapkan dalam berbagai penelitian di tingkat nasional dan daerah untuk memahami sektor-sektor yang memiliki keunggulan komparatif serta daya saing regional. Dengan pendekatan yang sistematis melalui metode ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk perumusan kebijakan pengembangan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023(Gafur et al., 2016).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis struktur dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor basis dan non-basis, serta menganalisis daya saing sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tabalong melalui metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis.

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Berdasarkan tabel-tabel yang diberikan, berikut adalah pembahasan dari data analisis Location Quotient (LQ) dan data sektor peternakan serta perkebunan di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023:

Analisis Data Perkebunan 2023

Tabel pertama menunjukkan data jumlah produksi dari lima komoditas perkebunan di berbagai kecamatan di Kabupaten Tabalong, yaitu: kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, dan kakao. Dari total produksi perkebunan di Kabupaten Tabalong (59.558 unit), komoditas yang memiliki jumlah produksi terbesar adalah karet dengan total produksi 57.557 unit. Komoditas lain memiliki jumlah produksi yang relatif lebih kecil, dengan jumlah produksi kelapa sawit sebesar 316, kelapa sebesar 1.496, kopi sebesar 152, dan kakao sebesar 37(Hendayana, 2003).

Kecamatan Haruai memiliki produksi tertinggi di komoditas karet dengan 11.341 unit, diikuti oleh Kecamatan Bintang Ara dan Muara Uya yang juga memiliki jumlah produksi karet yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Haruai merupakan salah satu pusat produksi karet di Kabupaten Tabalong. Selain itu, Kecamatan Tanjung dan Murung Pudak juga memiliki jumlah produksi kelapa sawit dan karet yang cukup signifikan, yang menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki potensi perkebunan yang baik.

Analisis Data LQ (Location Quotient) Perkebunan 2023

Berdasarkan analisis LQ, data menunjukkan sektor-sektor basis dan non-basis di tiap kecamatan untuk komoditas perkebunan. Beberapa hasil penting dari analisis ini adalah sebagai berikut:

  • Komoditas Karet merupakan sektor basis di hampir semua kecamatan, menunjukkan bahwa karet adalah komoditas unggulan yang berkontribusi besar terhadap ekonomi perkebunan di Kabupaten Tabalong.

  • Komoditas Kelapa Sawit merupakan sektor basis di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai, Muara Uya, dan Jarok, yang artinya komoditas ini memiliki potensi sebagai sektor unggulan di kecamatan-kecamatan tersebut.

  • Komoditas Kelapa juga menjadi sektor basis di seluruh kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kelapa tersebar cukup merata di seluruh wilayah Kabupaten Tabalong.

  • Komoditas Kopi dan Kakao secara umum tidak menjadi sektor basis di kebanyakan kecamatan, menunjukkan bahwa kontribusi kedua komoditas ini masih kecil dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain di Kabupaten Tabalong.

Analisis Data Peternakan 2023

Berdasarkan data yang tersedia, tampak bahwa sektor peternakan di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023 menunjukkan produksi nol di semua kecamatan untuk berbagai jenis ternak, diantaranya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam pedaging, dan itik. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan tidak menjadi salah satu sektor yang dikembangkan di wilayah ini atau belum ada data produksi yang tercatat untuk komoditas peternakan.

Dari analisis LQ pada sektor peternakan, seluruh kecamatan memiliki status Non Basis untuk semua komoditas peternakan. Artinya, sektor peternakan tidak menjadi sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Tabalong, dan kontribusinya terhadap perekonomian daerah ini masih sangat rendah atau belum signifikan.

  • Berdasarkan tabel di atas, analisis Shift Share untuk sektor perkebunan di Kabupaten Tabalong menunjukkan bahwa setiap komoditas di seluruh kecamatan dalam keadaan "Lamban". Artinya, tidak ada pertumbuhan atau perubahan positif yang tercatat untuk komoditas-komoditas tersebut di setiap kecamatan. Berikut adalah pembahasan detail mengenai temuan dari data Shift Share ini:
  • Interpretasi Hasil "Lamban"
  • Penilaian "Lamban" pada setiap komoditas perkebunan di setiap kecamatan menandakan bahwa pertumbuhan sektor tersebut tidak mengalami perubahan atau sedang dalam pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di daerah lain atau skala yang lebih luas (misalnya tingkat provinsi atau nasional)(Bangun, 2017). Secara umum, kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor:
  • *   Kurangnya inovasi atau investasi di sektor perkebunan di wilayah tersebut, sehingga produktivitas tidak mengalami peningkatan.
  • *   Keterbatasan infrastruktur dan akses pasar yang menghambat ekspansi produksi dan distribusi hasil perkebunan.
  • *   Kondisi lingkungan atau cuaca yang kurang mendukung sehingga pertumbuhan komoditas perkebunan tidak optimal.
  • *   Kurangnya tenaga kerja atau keahlian khusus di bidang pertanian/perkebunan, yang menyebabkan produktivitas tetap stagnan.
  • Dampak dari Status Pertumbuhan "Lamban" pada Ekonomi Daerah
  • Jika pertumbuhan sektor perkebunan di Kabupaten Tabalong tidak mengalami peningkatan, hal ini bisa berdampak pada perekonomian daerah, mengingat perkebunan merupakan salah satu sektor utama di wilayah tersebut. Dampak yang mungkin terjadi antara lain:

  • Pendapatan daerah yang stagnan karena kurangnya peningkatan produktivitas dari sektor perkebunan.
  • Kesempatan kerja yang terbatas bagi penduduk lokal, yang dapat berdampak pada tingkat pengangguran atau migrasi penduduk ke daerah lain.
  • Kurangnya daya saing produk lokal di pasar regional atau nasional, sehingga sulit untuk meningkatkan kontribusi ekonomi dari komoditas perkebunan.
  • Implikasi Kebijakan
  • Melihat hasil ini, ada beberapa kebijakan yang dapat diusulkan untuk mengatasi masalah pertumbuhan lamban dalam sektor perkebunan:
  • *   Meningkatkan investasi dan inovasi dalam teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan.
  • *   Memperbaiki infrastruktur dan akses pasar, seperti jalan, akses ke fasilitas penyimpanan, dan transportasi yang memadai untuk distribusi hasil perkebunan.
  • *   Menyediakan pelatihan dan program pengembangan keterampilan bagi petani dan pekerja perkebunan untuk meningkatkan keahlian dan efisiensi.
  • *   Mendukung diversifikasi produk dan membuka peluang untuk pengembangan komoditas baru yang lebih berpotensi sesuai dengan kondisi iklim dan tanah di Kabupaten Tabalong.

            

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap sektor perkebunan dan peternakan di Kabupaten Tabalong pada tahun 2023, dapat disimpulkan beberapa poin penting sebagai berikut:

Analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa beberapa komoditas perkebunan seperti karet dan kelapa di sebagian besar kecamatan memiliki status sebagai sektor basis, yang berarti komoditas tersebut berperan penting dalam perekonomian Kabupaten Tabalong. Namun, komoditas lainnya seperti kelapa sawit dan kakao kurang menunjukkan keunggulan lokasi dan tidak menjadi sektor basis di banyak kecamatan.

Analisis Shift Share mengindikasikan bahwa seluruh komoditas perkebunan di setiap kecamatan berada dalam kondisi "lamban," menunjukkan kurangnya pertumbuhan sektor perkebunan di wilayah tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan infrastruktur, kurangnya inovasi dan investasi, atau kondisi lingkungan yang kurang mendukung.

Sektor peternakan pada tahun 2023 di Kabupaten Tabalong terlihat belum berkembang dan belum menjadi sektor basis di seluruh kecamatan. Tidak ada komoditas peternakan yang menunjukkan peran signifikan dalam perekonomian daerah, baik itu sapi, kerbau, kambing, maupun unggas seperti ayam pedaging dan itik. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan masih perlu perhatian dan pengembangan lebih lanjut agar dapat memberikan kontribusi ekonomi yang lebih besar(Mangilaleng et al., 2015).

Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa sektor perkebunan menjadi sektor yang lebih dominan di Kabupaten Tabalong dibandingkan dengan sektor peternakan. Namun, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata, Kabupaten Tabalong perlu memberikan perhatian lebih pada kedua sektor tersebut, terutama dalam mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan daya saingnya.

 

REFERENSI 

Abadi, M., Zahrah, Z., Puhakka-Tarvainen, H., & Katsume, H. (2024). Analysis of Economic Development on West Coast Regency, Indonesia, based on Location Quotient (LQ) and Shift Share (SS). Journal of Economics, Innovative Management and Entrepreneurship, 2(1).

Bangun, R. H. B. (2017). Kajian Potensi Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Location Quetiont dan Shift Share. Jurnal Agrica, 10(2), 103--111.

Gafur, G., Safri, M., & Hodijah, S. (2016). Analisis sektor/sub sektor unggulan di Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, 3(3), 175--194.

Hendayana, R. (2003). Aplikasi metode location quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional. Informatika Pertanian, 12(1), 658--675.

HUSAINI, H., & SIREGAR, S. (2019). Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan Sektor Unggulan Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013-2017. JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 2(3), 692--712.

Mangilaleng, E. J., Rotinsulu, D., & Rompas, W. (2015). Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(4).

Muljanto, M. A. (2021). Analisis Sektor Unggulan Dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Manajemen Keuangan Publik, 5(2), 169--181.

Muta'ali, L. (2019). Dinamika peran sektor pertanian dalam pembangunan wilayah di Indonesia. UGM PRESS.

Najah, T., & Panjawa, J. L. (2021). STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE ARCELUS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KEBUMEN. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 6, 2.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun