Mohon tunggu...
raflipratamaputra
raflipratamaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya rajin shalat,mengaji dan rajin menabung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebebasan Berekspresi vs Etika Profesi: Implikasi Hukum Pidana

28 November 2024   21:45 Diperbarui: 28 November 2024   22:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

**Kebebasan Berekspresi vs Etika Profesi: Implikasi Hukum Pidana**

Kebebasan berekspresi merupakan hak fundamental yang dijamin oleh konstitusi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945, dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Namun, kebebasan ini tidak bersifat mutlak. Pembatasan terhadap kebebasan berekspresi dilakukan untuk melindungi hak orang lain, ketertiban umum, keamanan nasional, dan etika tertentu yang relevan, termasuk dalam konteks etika profesi.

### **Kebebasan Berekspresi dalam Konteks Etika Profesi**

Dalam dunia profesional, terutama pada profesi tertentu seperti jurnalistik, hukum, kedokteran, atau pendidikan, kebebasan berekspresi sering kali diatur lebih ketat oleh kode etik profesi. Hal ini dilakukan untuk menjaga profesionalisme, kepercayaan publik, dan integritas dalam menjalankan profesi. Contohnya:

1. **Jurnalistik:** Kode etik jurnalistik mengharuskan wartawan mematuhi prinsip kebenaran, akurasi, dan tidak menyebarkan berita yang menyesatkan. Penyimpangan dapat menimbulkan tuntutan hukum seperti pencemaran nama baik.

2. **Hukum:** Advokat dilarang memberikan pernyataan yang dapat merusak reputasi pihak lain tanpa dasar hukum yang jelas.

3. **Kedokteran:** Dokter harus menjaga kerahasiaan pasien, yang jika dilanggar dapat berimplikasi pidana berdasarkan Undang-Undang Kesehatan.

### **Tantangan dalam Implementasi**

Ketegangan sering muncul ketika kebebasan berekspresi dianggap melanggar norma etika profesi atau bahkan hukum pidana. Contohnya, kritik terhadap suatu institusi atau individu yang dilakukan oleh seorang profesional dapat dinilai melanggar kode etik dan berdampak hukum pidana jika mengandung unsur pencemaran nama baik (Pasal 310 dan 311 KUHP) atau penyebaran berita bohong (UU ITE Pasal 28 ayat (2)).

**Kasus Relevan:**  

Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bagaimana kebebasan berekspresi berbenturan dengan etika profesi:

- **Kasus penyebaran informasi yang merugikan instansi:** Seorang jurnalis mengkritik kebijakan pemerintah dengan informasi yang dianggap bias atau tidak valid.

- **Dokter yang membuka rahasia pasien di media sosial:** Hal ini berujung pada pelanggaran kode etik dan tuntutan hukum berdasarkan UU Perlindungan Data Pribadi.

### **Implikasi Hukum Pidana**

Ketika kebebasan berekspresi melanggar batasan etika atau norma hukum, pelakunya dapat dijerat dengan hukum pidana. Beberapa aturan yang sering digunakan adalah:

1. **KUHP Pasal 310 dan 311**: Pencemaran nama baik.

2. **UU ITE**: Penyebaran ujaran kebencian atau berita palsu yang dilakukan melalui media elektronik.

3. **UU Profesi Terkait**: Ketentuan pidana khusus yang mengatur pelanggaran oleh profesional, seperti pelanggaran kerahasiaan atau penyalahgunaan informasi.

### **Solusi dan Pendekatan**

1. **Pendidikan Etika Profesi:** Pendidikan tentang batasan kebebasan berekspresi dalam lingkup profesi harus ditekankan untuk mencegah pelanggaran.

2. **Mediasi dan Restorative Justice:** Konflik yang melibatkan kebebasan berekspresi sering kali lebih baik diselesaikan secara mediasi dibandingkan melalui proses pidana.

3. **Revisi UU yang Relevan:** Mengatur ulang pasal-pasal yang multitafsir, seperti dalam UU ITE, untuk mengurangi potensi kriminalisasi atas kebebasan berekspresi yang sebenarnya sah.

### **Kesimpulan**

Kebebasan berekspresi adalah hak yang penting, namun dalam konteks profesional, hak ini harus seimbang dengan tanggung jawab etika profesi. Pelanggaran terhadap etika profesi yang berujung pada implikasi hukum pidana menunjukkan perlunya pendekatan yang hati-hati dalam menegakkan aturan tanpa mengorbankan prinsip kebebasan. Dengan demikian, harmoni antara kebebasan berekspresi dan etika profesi dapat tercapai demi melindungi kepentingan individu maupun masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun