Kemudian Kartini beberapa kali mengirimkan artikelnya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Kepeduliannya tidak hanya pada emansipasi perempuan untuk kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Salah satu idenya adalah mendirikan sekolah bagi perempuan adat. Bahkan, sang ayah menyetujui agar Kartini harus belajar untuk menjadi guru. Namun, ketika rencana mendirikan rumah untuk gadis pribumi hampir terealisasi, sang ayah jatuh sakit parah dan rencana tersebut tidak terlaksana.
Karena Kartini gagal sebagai guru, ia memutuskan untuk menjadi dokter. Ayahnya setuju untuk mengajukan beasiswa ke pemerintah Hindia Belanda.
Pemerintah Belanda memberikan beasiswa kepada Karini. Namun dia menolak beasiswa tersebut. Itu karena dia akan menikah. Dikutip dalam buku Rintihan Kartini karya Idjah Chodijah, beasiswa tersebut diberikan kepada Haji Agus Salim.Â
Pada tahun 1903, Kartini menjadi istri Bupati Rembang R.M Joyohadingrat. Keinginannya untuk menikah karena Bupati Rembang belajar di Belanda dan berusaha memajukan rakyat.
R.M Joyohadingrat juga mendukung cita-cita Kartini yaitu kemajuan rakyat khususnya perempuan melalui pendidikan kepada generasi muda. seperti yang dilakukan Kartini di Kabupaten Jepara.
Pada bulan November 1903, Kartini resmi menjadi istri Bupati Rembang. Sekolah yang dirintisnya bersama adiknya Kardinah di Jepara kini berlanjut di Rembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H