Karena dengan cara itulah calon presiden akan berhenti kampanye dengan berdagang kepada rakyat. Dengan cara itu pula persaingan bukan hanya mengenai barang dagangan, lebih dari itu persaingan naik level menjadi soal gagasan. Yang ditawarkan kepada rakyat bukan hanya omong kosong mengenai sembako murah, BBM turun harga, atau kartu-kartu sakti yang pada ujungnya tak ditepati. Lebih dari itu, calon presiden akan berbicara mengenai nasib bangsa 5, 10, atau  50 tahun ke depan. Cita-cita bangsa akan menjadi prioritas perjalanan kekuasaan.
Lagi-lagi, dengan adanya ambang batas tersebut, ide-ide besar harus mati karena kekurangan kursi. Partai-partai harus berkoalisi dan berdamai dengan perbedaan visi. Pikiran elite partai bukan soal ideologi, tetapi soal mendapatkan kursi menteri. Tentu karena untuk kursi presiden sudah ada permainan siapa yang akan mengisi lewat tiket usang yang dijual dengan harga tinggi. Demokrasi mati, konstitusi diakali, jabatan dibagi-bagi di negeri ini.
Penyunting: Rafi Setyadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H