Mohon tunggu...
Rafi Syahrir Baiquni
Rafi Syahrir Baiquni Mohon Tunggu... Lainnya - OSH (Occupational Safety & Health Student)

Mahasiswa yang masih belajar caranya menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ergonomi dan Covid-19, Sebuah "Hubungan Baru" di Kala Pandemi

3 Juli 2020   20:29 Diperbarui: 3 Juni 2021   17:26 3396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ergonomi dan Covid-19, Sebuah "Hubungan Baru" di Kala Pandemi (unsplash/cdc)

Dengan adanya perubahan drastis akibat Covid-19, diperlukan adanya suatu rencana penyesuaian yang baru dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama pada pekerjaan. 

Dengan pekerjaan yang biasa dilakukan di tempat kerja formal seperti ruangan di dalam gedung, pabrik, situs proyek, sekarang berubah ke tempat kita melepaskan segala kelelahan akibat pekerjaan yaitu tempat tinggal. 

Namun kebanyakan dari pekerja masih belum siap atau dalam kata lain terkejut dengan adanya perubahan ini. Budaya bangun pagi lalu berangkat ke tempat kerja tidak ada lagi, atau setidaknya terhenti sampai tenggat waktu yang belum jelas. 

Seperti halnya pindah rumah, diperlukan adanya penyesuaian baru dalam beraktivitas, dalam kasus ini yang berpindah bukanlah barang-barang rumah melainkan pekerjaan itu sendiri. 

Pekerjaan yang biasa dilakukan di dalam tempat kerja berupa kantor dengan kursi yang nyaman,  AC dingin, jendela yang terbuka terang, kini berubah menjadi kamar kerja atau bahkan kamar tidur sendiri. Tentunya seluruh komoditas-komoditas tersebut belum tentu semua pekerja miliki di dalam tempat tinggal mereka. 

Baca juga : KKN UNDIP Ciptakan Alat Handsfree Handsanitizer dengan Prinsip Ergonomi Menggunakan Acuan Data Antropometri

Dengan kasus seperti itu kenyamanan pekerja akan terpengaruh secara drastis, dikarenakan faktor-faktor ergonomi tempat kerja yang belum tersedia di dalam rumah. Berbagai tindakan harus segera dilakukan untuk menunjang faktor-faktor ergonomi tersebut, untuk menjaga keselamatan dan kesehatan tubuh selama bekerja. 

Hal yang sama juga terjadi pada pekerja yang sudah mulai bekerja di masa new normal ini, dengan pengaturan ulang tempat kerja sesuai dengan aturan baru, tidak kecil kemungkinannya akan mengganggu ergonomi para pekerja dalam melakukan pekerjaan mereka.

Lantas apakah berbagai aturan baru penanggulangan pandemi ini akan memaksa untuk meninggalkan aspek ergonomi dalam suatu pekerjaan & tempat kerja?

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya, atau jika dalam segi pekerjaan, dapat diartikan sebagai alat kerja dan ruang kerjanya. 

Pekerjaan memang memiliki cakupan yang sangat luas, bukan hanya di kantor, bidang pertambangan misalnya pekerja bekerja di luar ruangan dan ada yang mengoperasikan mesin atau alat berat, bidang olahraga para atlet bekerja di lapangan, satpam di posnya, supir di mobilnya, dan masih banyak lagi. 

Baca juga :Posisi Kerja dengan Perangkat Komputer yang Ergonomis

Dalam masa pandemi ini sistem atau alur kerja dari pekerjaan-pekerjaan tersebut akan terganggu, dibutuhkannya perancangan & kalibrasi ulang terhadap alur kerja serta sistem yang telah tersedia guna menerapkan ergonomi yang sesuai masa pandemi sekarang ini. 

 Terdapat beberapa area kunci dalam penerapan ergonomi, yaitu desain, inovasi teknologi, serta K3 (Elena Boatca, Bianca Cirjaliu, 2015). 

Desain merupakan aspek fundamental dari penerapan ergonomi di suatu tempat kerja, penyelarasan manusia dengan alat kerja serta lingkungannya adalah hal paling mendasar dalam penerapan ergonomi. 

Disertai dengan inovasi teknologi dan adanya K3, untuk masa new normal ini penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui ketiga area kunci tersebut. Desain pekerjaan yang bukan hanya mengikuti regulasi Covid-19 namun juga memperhatikan aspek ergonomi seperti pemberian hand sanitizer di letak strategis sehingga pekerja tidak harus berjalan jauh. 

Peran inovasi teknologi sangat berpengaruh di masa pandemi ini, ambil contoh wisuda yang menggunakan robot, drone untuk mengirim barang, hand sanitizer sampai dengan pintu otomatis, inovasi-inovasi tersebut selain ergonomis karena memudahkan gerakan yang tidak perlu, juga bertindak sebagai substitusi untuk pematuhan regulasi Covid-19. 

Sementara K3 sudah tidak dapat dipungkiri perannya terhadap ergonomi, K3 dengan ergonomi adalah 2 aspek yang selalu berkesinambungan dengan tujuan yang sama yaitu menjaga dan melindungi tenaga kerja dari berbagai bahaya di tempat kerja.

Pekerjaan kantor yang dibawa ke dalam rumah juga mempengaruhi sisi ergonomis seseorang. Bagaimana tidak, equipment seperti kursi kerja, meja kerja, lampu kerja, ventilasi cukup, dan semacamnya yang menunjang kepuasan ergonomis seseorang di tempat kerja.

Dengan asumsi pihak K3 di perusahaan tersebut melakukan pekerjaan mereka dengan baik, tidak semua pekerja memilikinya di tempat mereka tinggal. Gangguan ergonomi yang paling umum adalah gangguan visual dan gangguan muskuloskeletal. 

Baca juga : Kaitan Ergonomi untuk Komputerisasi saat Work From Home

Gangguan visual dapat diukur dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti sinar matahari, penerangan lampu, objek kerja, serta permukaan seseorang bekerja.

Seperti kalkulasi yang dilakukan menggunakan program komputer VERAM yang menggabungkan testimoni subjektif responden dengan hasil pengukuran objektif (Marina Heiden, Camilla Zetterberg, Per Lindberg, Per Nyln, Hillevi Hemphl, 2019). 

Gangguan visual dapat mempengaruhi kenyamanan mata, dan dapat berdampak penyakit untuk mata seperti eye-strain sampai dengan penurunan daya lihat. 

Dibutuhkannya pertimbangan atas faktor-faktor tersebut sebelum bekerja di dalam rumah adalah suatu prioritas. Selanjutnya ada masalah muskuloskeletal atau MSDs (Musculoskeletal disorders). 

Masalah muskuloskeletal umum ditemukan di semua pekerjaan, masalah muskuloskeletal adalah keluhan hingga kerusakan pada bagian otot (musculo) dan tulang rangka (skeletal). 

MSDs ini biasa terjadi akibat postur kerja yang buruk, bekerja melebihi kapasitas tubuh, hingga desain alat kerja serta tempat kerja yang tidak sesuai untuk tubuh. Dengan begitu penyesuaian seperti tempat duduk hingga layout ruangan kerja di rumah harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bentuk antropometri tubuh kita sendiri.

Penting untuk diperhatikan bagaimana faktor-faktor lain seperti keamanan bangunan serta estetika turut mempengaruhi ergonomi seseorang yang bekerja dari rumah. D

esain suatu bangunan adalah indikator kunci kesejahteraan dari mental, sosial, dan psikologis dari seseorang atau bahkan suatu negara, buruknya suatu desain bangunan dapat mengurangi kenyamanan bahkan sampai membahayakan orang yang berada di dalamnya (J.O.  Dirisu , D.D. Adegoke , J. Azeta, F Ishola, I.P. Okokpujie, A. Aworinde,2019) tempat kerja di rumah yang bersebelahan dengan dapur dapat mengganggu seseorang yang bekerja di dalamnya dengan gas dan uap panas hasil masakan salah seorang anggota keluarga. 

Pendesaian estetika ruang kerja pun juga dapat berpengaruh terhadap kepuasan ergonomi.

Seperti hasil rancangan desain interior ruang baca dan perpustakaan milik Daciano da Costa, seorang profesor yang menjadi pionir dalam desain industrial ergonomis Portugis, yang dimana ia menggabungkan kenyamanan desain kursi baca dengan desain ruangan disekitarnya menciptakan suasana ambien yang tenang untuk mendorong minat serta konsentrasi belajar orang di dalamnya (Ana Moreira da Silva, 2015).

Bagi pekerja di masa new normal seperti para janitor, yang pada masa pra-pandemi sudah memiliki pekerjaan dengan faktor ergonomi yang berada pada kategori high risk, dihitung menggunakan metode REBA (Adam Schwartza, Susan G. Gerbericha, etc, 2019) 

Diharuskan bekerja lebih rajin lagi melakukan pembersihan atau sterilisasi di tempat kerja. Hal ini tentu akan menambah beban dan resiko ergonomis belum lagi resiko penyebaran Covid-19 kepada para janitor tersebut. 

Hal yang logis untuk dilakukan adalah dengan menjalankan rotasi dan rolling pekerjaan sesama para janitor dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan saat pembersihan. 

Baca juga : Tips Kesehatan Posisi Duduk yang Baik dan Ergonomi

Sangatlah penting bagi pengusaha atau pengurus perusahaan untuk selalu mengikutsertakan pekerja dalam pendesainan ulang ergonomi pada suatu ruang kerja. 

Perlu diingat bahwa pekerja-lah yang mengetahui apa saja keluhan-keluhan serta kekurangan yang terdapat di tempat mereka bekerja, dengan begitu upaya desain ergonomi berkelanjutan di tempat mereka bekerja dapat diimplementasi secara menyeluruh. (Johannes Labuttis, 2015)

Telah dilontarkan banyak pernyataan bahwa ergonomi merupakan suatu hal yang penting. Lantas apa saja manfaat dari ergonomi itu sendiri? Ergonomi tentunya paling bermanfaat langsung terhadap kesehatan tubuh manusia itu sendiri. 

Terhindarnya diri dari MSDs, penyakit mata, dan kelelahan merupakan manfaat yang tidak dapat disangsikan lagi mengenai ergonomi. 

Namun percaya atau tidak, ergonomi memiliki manfaat lainnya yang tidak kalah penting terutama bagi pengusaha, penerapan ergonomi bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas pekerja dan perusahaan. 

Hasil penelitian menyebutkan bahwa iklim kerja yang ergonomis berguna meningkatkan performa dalam pelaksanaan pekerjaan serta kesejahteraan para pekerja (Krista Hoffmeister, Alyssa Gibbons, Natalie Schwatka, John Rosecrance, 2015)

Sekarang kita bayangkan kita menjadi seorang ahli K3. Di masa pandemi seperti ini terutama pada daerah yang masih zona merah tentunya tidak selalu memungkinkan kita untuk keluar dari rumah. 

Lantas bagaimana seorang ahli K3 dapat mempersiapkan tempat kerja yang mematuhi regulasi Covid-19 sekaligus ergonomis pada masa new normal ini? Melalui inovasi teknologi dan berbagai pendekatan alternatif dapat menjadi solusi. 

Terdapat satu metode yang unik berupa simulasi video game atau VE (Virtual Environment),  kondisi suatu ruangan dan alur kerja dapat direplikasikan dalam bentuk simulasi virtual pada video game, yang tidak hanya berguna dalam mengevaluasi kondisi-kondisi bahaya dan masalah ergonomi pada suatu tempat kerja namun juga berfungsi sebagai bahan edukasi pekerja akan bahaya-bahaya tersebut (Esdras Paravizo, 

Daniel Braatz, 2019). Metode VE (Virtual Environment) seperti video game tersebut terbukti cocok untuk melakukan penilaian assessment seperti daya lihat, pemanjatan, postur, jarak bebas, daya jangkau, dan penggunaan peralatan. 

(Susanna Aromaa, Kaisa Vaananen, 2016). Metode penelitian seperti kuisioner (untuk mengetahui gejala MSDs, dampak psikososial di tempat kerja, dan beban kerja), alat perhitungan assessment postur kerja, analisa statistik, simulasi, dan studi teknik pekerjaan terbukti sangatlah berguna untuk menciptakan desain tempat kerja yang berpusat kepada ergonomi pekerja itu sendiri (J. Sanjog, Thaneswer Patelc, Sougata Karmakar, 2019). 

Dengan adanya metode-metode perhitungan ergonomi yang semakin canggih, rasanya tidak ada lagi pembatas yang menghalangi penerapan ergonomi dimanapun tempatnya walau dalam suatu pandemi sekalipun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun