Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Medsos, Panggung Suara "Millenial"

3 Februari 2019   03:13 Diperbarui: 3 Februari 2019   03:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih pada survei yang sama, menyebutkan tingkat kepemilikan akun media sosial kaum Millenial didominasi oleh Facebook, WhatApp, Instagram, dan Twitter. Temuan tidak jauh berbeda dengan laporan "Lanskap Digital Indonesia 2018" yang dikeluarkan agensi pemasaran sosial berbasis di Amerika Serikat, We are Social, yang menyebut YouTube, Facebook, WhtasApp dan Instagram dalam empat besar aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan orang Indonesia. Bahkan 44% dari total jumlah orang yang menggunakan Facebook selama setahun terakhir berusia 20-29 tahun. Itu artinya, pengguna media sosial di Indonesia adalah kaum Millenial.    

Jelang pentas politik 17 April 2019, para competitor kedatangan partai baru, salah satunya Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ditengah geliat partai baru dan partai senior memenangkan simpati kaum Millenial, PSI tampil dengan desain partai berbeda. Sebagian besar dari pengurus partai ditingkat Nasional hingga daerah, dipenuhi anak muda yang menyebut dirinya generasi Milenial. Bahkan, sebagian besar kandidat merupakan kaum Millenial yang bercita-cita membangun Indonesia. Bukan untuk menyudutkan partai lain, namun pada kenyataannya, PSI memang partai yang dikerumuni generasi milenial.

Penetrasi partai politik jelang 17 April 2019 wajib dilakukan jika ingin melihat sejauh mana upaya partai meraih suara di kalangan kaum Millenial. Masing-masing partai politik berlomba-lomba melakukan penetrasi dengan memiliki akun tersendiri di hampir semua platform media sosial. Jika Majalah Gatra merilis hasil risetnya pada tahun 2017, bahwa Gerindra unggul dalam pertarungan di media sosial, untuk 2019 sendiri dimungkinkan ada partai lain melakukan penetrasi serupa.

Dampak penetrasi ini bisa berpangaruh pada keterlipilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden lima tahun akan datang. Data survei Poltracking,  menurut sisi preferensi karakter atau sifat kandidat yang disukai, menunjukkan bahwa pemilih generasi milenial menginginkan kandidat dengan karakteristik merakyat 35 persen, dan jujur/berintegritas sebesar 11,8 persen. Presentasi ini menunjukkan bahwa generasi Millenial menyukai kandidat yang menyatu dan tak berjarak dengan 'gaya hidup' merakyat.

Senada dengan pernyataan Direktur Indonesia New Media Watch, Adi Sudibyo, bahwa kelompok yang menentukan siapa yang akan memenangkan pertarungan dalam Pilpres 2019 yakni generasi Millenial. Presentasi 30% dari total 80 juta jiwa adalah mereka yang akan memilih, bakal menentukan siapa calon pemimpin selanjutnya.  Kemudian, diperkuat dengan data Saiful Mujani Research Consulting ( SMRC), saat ini setidaknya 34,4 persen masyarakat Indonesia ada di rentang umur emas 17-34 tahun.  

Dua nama potensial yang maju pada Pilpres 17 April 2019 mendatang, yakni Joko Widodo dan Prabowo Sunbianto, menurut Direktur Utama SMRC, Djayadi Hanan,  bahwa berdasarkan survei SMRC yang melibatkan 1.059 responden di 34 provinsi pada Desember 2017 lalu, kecenderungan pemilih muda, yakni rentang umur di bawah 21 tahun hingga 25 tahun, lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo.

Kemudin, dari 4,7 persen responden berumur di bawah 21 tahun, 45 persennya memilih Jokowi, 29 persen memilih Prabowo. Sementara 21 persen memilih nama di luar kedua nama tersebut, dan 6 persen belum tahu memilih siapa. Selanjutnya, naik ke tingkat umur yang lebih tua, yakni 22-25 tahun, dari 5,2 persen responden pada usia tersebut, 40 persen memilih Jokowi, 18 persen memilih Prabowo, 36 persen memilih nama di luar dua nama tersebut, dan 5 persen belum tahu akan memilih siapa.  Sementara di tingkat umur 26-40 tahun, dari 33,9 persen responden di usia tersebut, 58 persen memilih Jokowi, 19 persen pilih Prabowo, 15 persen memilih calon lainnya, dan 8 persen belum tahu.

Melihat serangkaian data, masyarakat sudah bisa meraba-raba siapa yang akan memenangkan pertarungan Pilpres 2019. Jelas kekuatan pemilih Millenial sangat dibutuhkan para kandidat. Kekuatan media sosial harus terus dikemas sedemikian rupa untuk bisa meraih suara Millenial. Kemungkinan, Prabowo bisa mengjangkau sebagian besar suara Millenial. Atau Joko Widodo malah naik tangga dari survei sebelumnya. Meskipun Prabowo bukan diinginkan kaum Millenial sebagai sosok merakyat, namun pada kenyataannya semua itu bisa berubah jika kekuatan media sosial diolah dengan baik. Dalam politik apa yang tidak bis terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun