Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Medsos, Panggung Suara "Millenial"

3 Februari 2019   03:13 Diperbarui: 3 Februari 2019   03:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, mereka membuat kegiatan bedah buku, sharing hasil bacaan dan diskusi tentang masa depan minat baca. Ragam kegiatan dikemas begitu santai, menghibur dan tidak serius atau kaku. Terlalu serius, bisa membuat pembaca bosan yang pada akhirnya enggan membaca. Untuk tema buku, tidak ada yang berubah, konsumsi bacaan tidak luput dari kumpulan buku langendaris seperti Soe Hok Gie, kumpulan buku kiri, buku kurikulum dan bacaan ringan misalnya novel, puisi dan cerpen.

Selain komunitas membaca, ada pula komunitas puisi, komunitas cerpen, komunitas sastra dan lain sebagainya. Semua komunitas generasi Millenial ini selalu dipenuhi ide-ide kreatif sampai membuat konten di media sosial dan membuat media tersendiri yang menampilkan berbagai berita berikut aktivitasnya. Di sisi lain, terkadang mereka mengeritik pemerintah lewat visi yang diembang oleh masing-masing komunitas, salah satunya mempertanyatakan keberadaan institusi perpustakaan dalam meningkatkan daya membaca masyarakat.

Dalam pergaulan sehari-hari, generasi Millenial sangat fleksibel. Mereka mau bergaul dengan siapa saja, tidak memandang anak pejabat atau keturunan darah biru. Selama memiliki niat untuk berbuat, komunitas tidak membatasi ruang gerak. Justru, jika semakin dibatasi, ide-ide kreatif sulit dikeluarkan. Demikian generasi Millenial ingin merdeka bergaul dengan siapa saja. Interaksi dalam pergaulan sehari-hari juga terjadi di media sosial.

Dalam ruang politik, generasi Millenial antipasti dengan politik atau Pemilu jika selalu disuguhkan dengan konten-konten hoaks atau berita palsu. Pasalnya, hoaks membuat generasi Millenial semakin tidak berminat dengan politik.

Dalam aspek pergaulan politik, dengan sesuatu yang eksklusif. Bagi mereka, ekslusifitas adalah pembungkaman secara formal, tidak ada fleksibilitas dalam pergaulan. Malah justru, mengkotak-kotakan antara anak pejabat, anak konglomerat, anak cerdas, dan anak miskin. Strategi yang digunakan partai dan kandidat saat ini cukup siginifikan, misalnya membuat platform media sosial, kemudian berfoto sefli dan mengunggahnya ke media sosial lalu dikemas dengan kata-kata ringan. 

Di sisi lain, jika ingin mengeritik pemerintah, terkadang dikemas dengan bentuk hiburan namun pedis. Seperti membuat meme, video kocak dengan menampilkan para tokoh yang dikritik, serta mengemas apa yang terjadi di pemerintahan dalam bentuk komik.

Partai politik dan kandidat harus memahami keunikan generasi Millenial. Jika tidak, partai bakal tersingkir dengan partai lain yang lebih dulu memikirkan bagaimana memenangkan simpati generasi Millenial.

IDNTimes.com
IDNTimes.com

Penetrasi di 2019

Partai di Indonesia sudah memahami betul pentingnya kaum milenial dalam pertarungan politik di 2019. Mengutip hasil penelitian dari beberapa lembaga survei dalam tulisan Stepi Ariani (2018: 165-166), Center of Strategic Internastional Studies (CSIS) mengidentifiksi pemilih Millenial   di Pemilu 2019 berada di kisaran usia 17-29 tahun. Dalam ranah penelitian sosial, selain rentang usia yang dipilih CSIS itu, generasi Millenial juga diletakkan pada rentang usia 17-35 tahun.

Pada awal November 2017, CSIS merilis hasil survei tentang   orientasi sosial, ekonomi, dan politik generasi Millenial. Pada survei tersebut, PKS berada di urutan ketujuh dalam daftar partai politik pilihan kaum Millenial. Partai politik dengan elektabilitas tertinggi dalam survey yang dipilih kaum Millenial adalah PDI Perjuangan (26,6 %). Diikuti secara berturut-turut oleh Gerindra (17,8%), Demokrat (13,7%), Golkar (10,7%), Perindo (4,5%), dan PKB (4,2%).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun