Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pelangi

11 November 2017   05:54 Diperbarui: 11 November 2017   05:57 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lantas, mengapa aku harus sudi membandingkan istriku dengan pelangi yang keindahannya hanya beberapa menit saja. Lagi pula, tanpa hujan mengamini, pelangi itu tidak akan memunculkan keindahannya."

"Iya Mas." Enha pun terhanyut dalam kalimat suaminya yang sederhana itu. Ya, memang benar, tanpa adanya hujan, pelangi hanya tinggal dalam cerita dan dongeng belaka. Itu pun jarang ada pelangi kala hujan turun. Kalau pun ada, terkadang muncul samar-samar, bahkan hanya beberapa detik saja lalu menghilang.

"Istriku." Suaminya memalingkan tubuh istirnya hingga saling berhadapan bertatap muka dengan kedua tangannya memegang pipinya dengan sangat lembut. "Aku tidak sudi. Jika engkau sangat menginginkan pelangi itu, izinkan aku jadi pelangimu, jika aku pergi dalam beberapa menit kemudian, aku berjanji akan tampil lebih indah dari sebelumnya."

"Suamiku" Enha terisak. Kemudian menyibak rambut suaminya, mengusap, lalu memeluk tubuh suaminya dengan erat. "Apakah engkau sudi, meninggalkanku dalam beberapa jam lamanya, beberapa hari lamanya, bahkan tidak pernah hadir menemaniku beberapa bulan karena hujan tidak mengamini kedatangannmu, engkau sudi suamiku?"

"Sungguh, tidak ada yang lebih indah selain keindahan yang tercipta dari kehendak cahaya Tuhan. Masih kau menginginkan pelangi itu wahai istiriku yang ku cintai?"

"Tidak." Air matanya menetes, serasa tidak membayangkan jawaban itu muncul di umur pernikahan mereka.

Mereka pun saling berpelukan dibawah keindahan pelangi yang sebentar lagi menghilang. Memang demikian pelangi, keindahannya hanya tampak beberapa menit saja. Kalaupun bisa dibawa ke dalam kamar, cinta adalah keindahan yang tak tergantikan, bahkan pelangi sekalipun.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun