Pada novel ini tergambarkan kehidupan keluarga Kartini yang kurang baik karena Kartini terlalu di kekang oleh keluarganya. Hal ini tampak dari kutipan berikut :
"Sejarah Kartini mulai jelas pada babak ia masuk pingitan ini, karena sejak waktu itu ia tidak membiarkan berlalu segala yang terjadi di sekelilingnya. Di dalam "penjara" ini ia mengalami pendalaman dan seakan-akan hidupnya yang masih muda itu dipaksa untuk memahami persoalan-persoalan yang sebenarnya bukan atau belum layak menjadi garapannya. Dari kehidupan bocah yang bebas merdeka menjadi hukuman dengan peraturan-peraturannya yang tak kenal ampun, sekaligus mengubah si gadis cilik menjadi wanita dewasa."
Peperangan
Di bagian ancang-ancang kesejarahan terdapat bagian yang menggambarkan masalah peperangan. Hal ini tampak pada kutipan berikut :
"Diponegoro jatuh! Pemberontakannya terhadap penjajahan Belanda dipatahkan oleh Kompeni. Untuk pematahan ini perbendaharaan Hindia Belanda ludes. Perang Jawa telah selesai-perang yang paling mahal dalam sejarah penjajahan Belanda di Indonesia, perang yang paling besar, perang yang paling banyak melayangkan jiwa manusia pada kedua belah pihak."
Jadi, dari kutipan tersebut telah digambarkan bahwa terjadi perperangan yang cukup dahsyat karena menghabiskan dana yang besar, serta menelan banyak korban jiwa antar kedua kubu dalam peperangan tersebut. Jelas itu merupakan masalah sosial.
Masalah Kependudukan
Akibat dari masalah kemiskinan, terjadi lah perpindahan penduduk yang merupakan masalah sosial dalam novel ini. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut :
"..."Pengungsian penduduk banyak juga terjadi di perkebunan --perkebunan itu dan dengan cara besar-besaran. Inilah jalan satu-satunya untuk keluar dari kesengsaraan."
Jadi, akibat kemiskinan yang melanda, para penduduk tersebut melakukan perpindahan penduduk secara besar-besaran.
KESIMPULAN