Mohon tunggu...
Rafif himawan nimasdwi putra
Rafif himawan nimasdwi putra Mohon Tunggu... Arsitek - Mahasiswa

Hobi saya banyak dari silat, renang, futsal, badmintoon dan masih banyak lagi, saya adalah seorang musisi band

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fisioterapi pada Kasus Transtibia Kiri Akibat Kronis Limb Ischemic

25 Januari 2023   15:50 Diperbarui: 25 Januari 2023   16:16 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chronic Limb Ischaemia merupakan klasifikasi dari penyakit arteri peripheral. Biasanya dikaitkan dengan obstruktif di arteri aterosklerotik. Proses penyakit ini, penting untuk dicatat bahwa karena hasilnya Chronic Limb Ischaemia yaitu dari ketidak seimbangan antara suplai nutrisi dan permintaan metabolik pada jaringan distal. Salah satu penyebab adalah Aterosklerosis. Chronic Limb Ischaemia, hasil dari penyakit oklusi arteri Peripheral aterosklerotik dan banyak faktor risiko yang sama penyakit aterosklerosis di wilayah vaskular lainnya. Faktor risiko meliputi hipertensi, hypercholesterikemia (kolestrol tinggi), merokok dan diabetes mellitus. Aterosklerosis memiliki beberapa tahap untuk menjadikan plak di arteri. Langkah A melibatkan aktivasi sel endotel, monosit rekrutmen, dan penyerapan LDL dimodifikasi dan aktivasi dari sel-sel otot polos pembuluh darah. Langkah B kemajuan ke tahap beruntun lemak di mana disusupi monosit mengkonversi ke makrofag yang menjadi sel busa. Langkah C mengandung lipid berlimpah, endotel dan pembuluh darah halus aktivasi sel otot, dan monosit infiltrasi terus. Langkah D melibatkan pembentukan ateroma yang kompleks di mana limfosit direkrut ke neointima plak tumbuh dan sel sel otot polos pembuluh darah secara signifikan memperluas. Langkah E dan menghasilkan matriks extracelluar signifikan menciptakan fibrosa. Tahap akhir dari aterosklerosis adalah pecahnya plak dan trombosis. Aterosklerosis menyebabkan penyempitan lumen arteri yang disebut dengan stenosis atau terjadi thrombosis sehingga thrombosis pada arteri atau vena, mengakibatkan terganggu atau tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ-organ. Aterosklerosis terjadi ketika plak menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri yang memasok darah.

                                                                                                                         KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan dari modalitas TENS mampu menurunkan nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak pada penderita amputasi. Latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability mampu mengurangi kekakuan, spasme, dan meningkatkan lingkup gerak sendi serta. meningkatkan kekuatan otot sehingga mampu mempersiapkan pasien untuk berjalan dengan menggunakan alat bantu. terapi latihan berupa latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability. Hasil studi kasus ini menunjukkan modalitas TENS mampu menurunkan nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak pada penderita amputasi. Latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability mampu mengurangi kekakuan, spasme, dan meningkatkan lingkup gerak sendi serta meningkatkan kekuatan otot sehingga mampu mempersiapkan pasien untuk berjalan dengan menggunakan alat bantu.

                                                                                                                       DAFTAR PUSTAKA

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Marrelli.T.M. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan . Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Russell, C.G; Worsley, A. Mengapa mereka tidak menyukainya? Dan bisakah saya melakukan sesuatu tentang itu? Sifat dan berkorelasi atribusi orang tua dan keyakinan self-efficacy tentang preferensi makanan anak-anak prasekolah. Nafsu makan 2013, 66, 34-43. [Referensi Silang] [PubMed]

Bronfenbrenner, U. Ekologi keluarga sebagai konteks perkembangan manusia: Perspektif penelitian. Den Psychol. 1986, 22, 723-742. [Referensi Silang]

Cuellar, J: Jones, D.J. Sterrett, E. Memeriksa Pengasuhan Anak dalam Konteks Lingkungan: Sebuah Tinjauan. J. Keluarga Anak. Pejantan. 2015, 24, 195-219. [Referensi Silang] [PubMed]

Montaño, Z.; Smith, JD: Dishion, TJ; Shaw, D.S; Wilson, M.N. Hubungan longitudinal antara yang diamati perilaku pengasuhan dan kualitas makanan dari usia 2 hingga 5 tahun. Nafsu makan 2015, 87, 324-329. [Referensi Silang] [PubMed]

Finnane, JM; Jansen, E.; Mallan, KM; Daniels, L.A. Struktur waktu makan dan praktik pemberian makan yang responsif dikaitkan dengan lebih sedikit kerewelan makanan dan lebih banyak kenikmatan makanan pada anak-anak. J.Nutr. Pendidikan Perilaku 2017, 49, 11-18. [CrossRef] [PubMed]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun