Mohon tunggu...
DTMC Articles
DTMC Articles Mohon Tunggu... Mahasiswa - Our Vision, We Will Rise Up

Tempat kreator Decagon Twins Media menulis opini, artikel, dll. Pernah menulis opini di Kompasiana dengan akun Rafif2020. Sebelumnya artikel ini diberi nama Rafif Hamdillah Official. Tulisan sebelumnya yang pernah dibuat : https://www.kompasiana.com/rafif20206799/621ac9103179497f34707635/ada-apa-sebenarnya-di-media-sosial-kita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Uang Selalu Jadi Masalah?

16 Agustus 2024   08:07 Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:24 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini hanya opini dan sebagian unek-unek

Peradaban manusia saat ini tidak terlepas dari keberadaan suatu alat penting. Alat tersebut jika dipandang dengan kacamata naif hakikatnya hanya sejenis benda yang diberi nilai untuk dijadikan alat tukar yang sah. Namun faktanya alat ini telah memengaruhi umat manusia selama berabad-abad.

Alat itu bernama uang.

Di artikel ini saya menuliskan keresahan dan pertanyaan yang hanya sebatas opini dengan keterbatasan pengetahuan. Namun jika memang yang saya persoalkan ini penting, hal ini butuh jawaban yang tidak sederhana.

Mengapa uang selalu jadi masalah bagi kita?

Katanya, uang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Katanya uang dapat "mewujudkan" keinginan penggunanya. Katanya uang dapat membiayai banyak hal, mulai dari yang prioritas seperti pendidikan hingga yang tidak penting seperti barang mewah.

Barang mewah?

Barang mewah tidak penting, jika benda yang sama seharusnya dapat dibeli dengan harga standar jika kegunaannya sederhana. Bagaimana tanggapan orang jika misalnya sebuah jam tangan yang fungsinya membantu pemakainya membaca waktu dikenakan harga bermiliar rupiah?

Namun berbagai masalah hampir selalu bersumber dari keterbatasan uang!

Berapa banyak kasus pencurian yang ternyata disebabkan keterbatasan ekonomi (dalam hal ini uang)?

Berapa banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri karena tidak sanggup membayar utang?

Berapa banyak orang yang melakukan penipuan agar dapat meraup uang dengan cara instan?

Berapa banyak pasangan yang padahal sebelum sah berumah tangga sangat mengidamka romantisme, namun berakhir perceraian atau kekerasan, karena uang?

Berapa banyak tikus atau tuyul berdasi yang mencuri uang negara demi kesenangan pribadi?

Juga, berapa banyak warganet yang protes saat suatu kebijakan politik membutuhkan anggaran uang selangit?

Semua itu melahirkan pertanyaan besar seperti di atas, "Mengapa uang selalu menjadi masalah bagi kita?"

Perlu disadari atau tidak, distribusi uang pada masyarakat tidak merata. Profesi dan latar belakang sosial sangat berpengaruh dalam hal ini. Tak ayal kita melihat petani, nelayan, buruh, yang seharusnya menyumbang kontribusi yang besar, namun mendapatkan penghasilan yang sedikit. Profesi-profesi seperti itu pun dianggap rendahan.

Mengapa begitu?

Sementara itu pemegang kekayaan yang luar biasa besarnya hanya sekian persen, entah kurang dari satu persen.

Mengapa begitu?

Padahal semua orang memiliki kebutuhannya sendiri dan semua orang berhak mendapatkan penghasilan yang cukup.

***

Saya pribadi juga merasa resah dengan isu-isu politik atau ekonomi yang sering menjadi perdebatan. Kita lihat akhir-akhir ini banyak persoalan yang menyinggung uang di negeri ini. Misalnya, pemerintah mengeluarkan biaya miliaran rupiah untuk membangun proyek fantastis, dari yang dasar seperti infrastruktur/prasarana hingga yang ambisius seperti Ibu Kota Nusantara. Bahkan perhelatan peringatan HUT-RI ke-79 tahun ini membutuhkan biaya yang lebih daripada sebelumnya.

Satu hal yang jadi persoalan adalah, mengapa sebagian publik kontra dengan "pemborosan" tersebut, hingga memandang lebih bermanfaat apabila digunakan untuk membiayai rakyat miskin dan perbaikan sekolah?

Kalau boleh menyindir,

Pemerintah sudah menganggarkan untuk rakyat miskin, pendidikan, dan semuanya 'kan? 

Katanya uang negara kita berlimpah, 'kan?

Sikap kontra terhadap wacana berbiaya selangit itu wajar, jika ada argumentasi yang menyatakan hal yang lebih diprioritaskan. Pemerintah seharusnya wajib mendengarkannya dan mengevaluasi serta membenahi prioritasnya. 

Namun yang menurut saya berlebihan, jika sampai keluar umpatan atau stigma bahwa pemerintah selalu menindas rakyatnya seperti zaman kolonial dahulu. Apalagi jika menyasar dengan pajak, investasi asing, hingga utang negara.

Saya mengkritik persepsi yang bisa keliru ataupun tidak, terkait data statistik ini.

"Jumlah utang negara saat ini sekian triliun rupiah. Artinya jika dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia, setiap orang harus menanggung uang sekian juta rupiah bahkan sejak baru lahir."

Pernyataan tersebut memicu keresahan dan anggapan bahwa rakyat dipaksa menyetorkan uang sedemikian agar menutupi utang negara. Padahal menurut saya, negara tidak mungkin berlaku demikian dan tetap membutuhkan kontribusi dari pajak, devisa, atau investasi. Jika sampai negara memaksakan pungutan seperti itu, sangat keterlaluan. 

Pernyataan di atas bagi saya tidak lebih dari kesimpulan statistik, sama artinya dengan rata-rata atau pernyataan kuantitatif lainnya.

Di satu sisi, persoalan mindset seperti ini perlu dipertanyakan. Namun di sisi lain, pertanyakan mengapa pemerintah sering salah sasaran atau prioritas dalam membelanjakan uang negara. Selain itu pertanyakan mengapa para tikus negara masih banyak berkeliaran, tidak dipaksa mengembalikan curiannya. Mengapa kemiskinan tidak kunjung diatasi dengan baik, padahal kemiskinan bisa menjadi sumber banyak kejahatan?

Semua yang pemerintah lakukan sudah diperhitungkan, 'kan?

Sebaliknya, pertanyakan mengapa kita masih cenderung konsumtif, hanya sebagian yang produktif mencari penghasilan dengan cara inovatif. Pertanyakan diri kita sendiri, apakah bergantung dengan pemerintah atau orang lain  saja sudah cukup untuk mendapatkan sesuap nasi?

Satu hal yang juga patut dipertanyakan, mengapa kita sering menuntut pemerintah agar tidak ambisius memboroskan uang, dengan argumentasi ini dan itu, dengan alasan rakyat masih menderita, sementara tidak banyak orang yang bisa kita bantu, dan sementara ketika mendapatkan uang yang banyak justru bisa habis dalam waktu semalam?

***

Pada akhirnya, melalui tulisan yang sembarangan ini saya berharap semua persoalan ekonomi bisa teratasi dengan bijak. Saya yakin pemerintah kita sudah mempertimbangkan alasan kebijakan dengan pembiayaan selangit--hingga harus berutang-- kalau memang ada urgensinya. Saya berharap pemerintah mengevaluasi semua hal yang menyebabkan persoalan ekonomi dan aspek lainnya yang mendasar tak kunjung terselesaikan, hingga rakyat harus berteriak menderita, memohon kebijaksanaan pemerintah untuk membantu mereka.

Egois memang, kalau hanya memandang kehebatan pemerintah dalam membangun negara, sementara isu-isu kontra tidak dipahami secara utuh dan objektif. Namun bagaimana pula, jika  hal prioritas untuk jangka panjang (katakanlah proyek seperti Ibu Kota Nusantara, yang katanya bisa mengubah mindset dan pembaruan ekonomi) dianggap tidak penting atau bukti penindasan yang baru.

Satu catatan lain, tolong jangan kasih keleluasaan kepada semua pihak yang merugikan negara untuk menikmati lembaran rupiahnya.

Sebagai penutup, 

Jika kita diberikan bantuan berupa uang, dalam waktu sehari bisa habis. Namun jika kita diberikan investasi oleh pemerintah (ilmu, skill, inovasi, fasilitas yang layak), maka kita bisa memanfaatkannya untuk berdikari. Seperti ungkapan, kalau diajarkan untuk mendapatkan atau membeli ikan, ikan itu bisa habis disantap, namun jiak diajarkan cara menangkap ikan, maka kita bisa mendapatkan ikan yang banyak dengan tangan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun