Mohon tunggu...
DTMC Articles
DTMC Articles Mohon Tunggu... Mahasiswa - Our Vision, We Will Rise Up

Tempat kreator Decagon Twins Media menulis opini, artikel, dll. Pernah menulis opini di Kompasiana dengan akun Rafif2020. Sebelumnya artikel ini diberi nama Rafif Hamdillah Official. Tulisan sebelumnya yang pernah dibuat : https://www.kompasiana.com/rafif20206799/621ac9103179497f34707635/ada-apa-sebenarnya-di-media-sosial-kita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyoal Mindset Subjektif dalam Menjawab Konflik Abadi

10 Oktober 2023   12:59 Diperbarui: 10 Oktober 2023   13:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah Konflik Abadi

Di satu sisi, sejarah seperti yang diceritakan di atas tidak menjadi masalah. Justru ia menjadikan negeri yang dimaksud itu istimewa. Tapi alur sejarah berikutnya menjadi konflik tanpa batas, terutama sejak abad ke-20 Masehi.

Saya membaca puluhan komentar warganet dan artikel tentang isu yang sangat panas ini. Dari sana diketahui akar masalahnya adalah soal

INI TANAH SIAPA?

Masyarakat Arab dan komunitas lain telah mendiami tanah itu di abad modern. Sementara komunitas Yahudi, baik orang asli mau pun pendatang yang diduga berasal dari daerah tragedi Holocaust merasa pulang kampung dan mendirikan negara sendiri. Keduanya punya alasannya sendiri sehingga tidak berkompromi dan bertikai. Pertikaian panas telah menetaskan ribuan roh dari jasad mereka, baik yang memegang senjata mau pun yang hanya sekadar bertanya, "Ada apa ini?"

Sedikit catatan, beberapa menilai konflik ini bukan didasarkan agama. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa konflik lain : Perang Yugoslavia di akhir abad ke-20 (hingga memicu deklarasi kemerdekaan sepihak dari bekas provinsi Serbia),  dll. Ya ada juga konflik yang memang didasarkan perbedaan agama.

Alasan seperti di atas kembali digaungkan oleh jutaan komunitas yang bahkan tidak ada di daerah konflik. Saat dunia maya terbit, jutaaan pesan membanjirinya, seolah-seolah juga ikut berperang. Akibatnya muncul dua kubu arus utama dalam hal ini, saya kasih nama sesuai warna :

Kubu Putih-Hitam

Mereka mengaku ikut merasakan penderitaan yang sama seperti masyarakat yang "terjajah". Setiap tahunnya hampir tiada henti dukungan kata dan sekardus barang dikirim ke negeri yang butuh uluran bantuan mereka. Emosi mereka semakin meningkat tatkala disuguhi rekaman berupa : hancurnya rumah, pakaian yang berlumpur merah, orang yang terbaring di atas troli, gumpalan asap yang membubung melangit, dan lain-lain, setiap hari.

Namun faktanya tidak semua orang tergerak membantu langsung. Ada yang menyerukan pembelaan, namun masih sebatas di media. Sebagian mereka memang tergugah untuk membantu langsung, apalah daya dibatasi finansial dan jarak. Sebagian lain masih sekadar bersuara karena tergugah, tanpa memberikan apa-apa untuk menolong. Termasuk juga opini  bahwa isu ini dimanfaatkan dalam kepentingan tertentu (termasuk politik). Karenanya, impian kubu ini masih jauh dari terwujud. Perang tetap ada, doa masih terkirim, korban tetap banyak.

Padahal kekuatan mereka besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun