Mohon tunggu...
Ramdziana F Yustitianto
Ramdziana F Yustitianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Narablog yang adiktif terhadap aktivitas membaca, menulis, dan teknologi terbuka. Punya blog pribadi di *ramdziana.wordpress.com* dan blog tentang Linux di *kabarlinux.web.id*.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Di Amerika, Isu Privasi Munculkan Media Sosial Baru

21 Agustus 2015   10:50 Diperbarui: 5 Maret 2018   12:25 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2015 ini, media sosial bebas iklan dan anti kolektor data pengguna menjadi primadona di negara barat. Sebut saja Ello.

Media sosial yang didirikan oleh Paul Budnitz, seorang warga Amerika, ini mempunyai manifesto yang sangat menarik.

Dalam manifesto tersebut disebutkan bahwa di media sosial/jejaring sosial manapun pengguna adalah produk yang bisa dibeli dan dijual. Berbeda dengan Ello, media sosial ini benar-benar fokus menyediakan platform berbagi apapun (status, foto, musik, dsb).

Bagaimana Ello mendanai hidupnya?

"Sebut saja Anda adalah musisi atau band, dan Anda ingin mengelola akun lebih dari satu dari hanya satu login," ujar Budnitz. "Kami bisa menjual fitur ini $2. Fitur ini tidak untuk semua orang."

Budnitz juga mengklaim bahwa sudah ada ribuan email yang dikirimkan pengguna yang berminat membayar untuk fitur-fitur tertentu.

Selain aksi yang dilakukan oleh Paul Budnitz, pendiri Wikipedia—Jimmy Wales—juga mendirikan media sosial baru bernama TPO (The People's Operator). Tak seperti Ello, Wales menentukan pendanan TPO mirip seperti apa yang ia lakukan dengan Wikipedia yakni melalui donasi.

Isu privasi memang menjadi hal yang super sensitif di era informasi, tapi apakah isu privasi mempengaruhi netizen Indonesia? Kemungkinan tidak. Netizen Indonesia sepertinya juga belum perlu fokus ke ranah ini. Mereka hanya perlu menjadi pengguna militan produk-produk dalam negeri seperti Mindtalk dan Sebangsa, bukan menjadi pengguna militan produk-produk Barat.

Update (5/3/18): Saya mencabut penyataan di atas yang menyebut netizen Indonesia belum perlu fokus ke ranah privasi. Netizen Indonesia harus mulai fokus menjaga privasi mereka, entah saat menggunakan media sosial luar maupun dalam negeri.

Gambar utama: Foto Grafiti di Shoreditch, London oleh KylaBorg (Creative Commons)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun