Harapanku kembali menyala. Perlahan, kami menjadi dekat seperti dulu, dan aku berpikir semuanya akan kembali seperti semula. Kami kembali bersama, meskipun hanya beberapa bulan saja.
Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Suatu hari, dia mengirim pesan, "Aku butuh waktu buat sendiri dulu." Aku mencoba memahami dan memberi ruang, meski hati ini terasa berat. Tapi kenyataannya, alasan itu hanya kebohongan. Tak lama setelah aku menjauh, aku mendengar kabar bahwa dia telah menjalin hubungan dengan orang lain.
Rasanya seperti dikhianati untuk kedua kalinya. Aku terdiam, mencoba menerima kenyataan pahit bahwa dia telah memberikan harapan hanya untuk kembali mengecewakanku.
Hal ini terus berulang selama dua tahun. Marcel datang dan pergi sesuka hatinya, sementara aku tetap bertahan. Banyak yang mencoba mendekatiku, tapi aku menolak semuanya. "Aku cuma mau Marcel," jawabku setiap kali ada yang bertanya.
Namun, menunggu bukanlah hal yang mudah. Selama dua tahun itu, aku menghadapi banyak keraguan. Teman-teman dan keluargaku sering memintaku untuk melupakannya, tapi aku tetap keras kepala. Aku percaya bahwa cinta sejati layak diperjuangkan.
Hingga suatu hari,aku kehilangan kunci di jalan,dan aku iseng buat snapgram aku kehilangan kunci,akhirnya marcel membalas postinganku dan tidak ku sangka dia menawarkan bantuan untuk mencari kunci aku yang hilang.Dari Instragram,percakapan kami pindah ke WhatsApp.
Ketika percakapan mulai menghangat, Marsel tiba-tiba mengingatkan, "Ati-ati deket sama cowo itu." saat itu aku lagi dekat dengan cowo lain.
Aku terkejut dia ngomong seperti itu. "Kalo aja kita nggak udahan, pasti aku nggak bakal deket sama dia." balasku
Marcel terdiam sejenak sebelum menjawab, "Udah terlanjur kaya gini."
Aku membalas, "Kan bisa diperbaiki."
Dia ragu sejenak sebelum menjawab, "Perbaiki?"