Mohon tunggu...
Rafael Bisma
Rafael Bisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif, tertarik dalam dunia psikologi dan seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mitos Toxic Productivity: Menenali dan Mengatasinya

14 Juni 2024   15:01 Diperbarui: 14 Juni 2024   15:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah budaya kerja yang semakin kompetitif dan tekanan untuk terus berprestasi, konsep produktif menjadi semakin penting. Namun, terkadang kita terjebak dalam apa yang disebut sebagai "toxic productivity" -- sebuah paradoks di mana semangat untuk bekerja keras malah berujung pada dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.

Apa itu toxic productivity?

Toxic productivity adalah kondisi di mana seseorang terobsesi untuk terus-menerus produktif dan bekerja secara ekstrim, tanpa memperdulikan kesehatan fisik, mental, dan sosialnya. Orang dengan toxic productivity memiliki keinginan tidak sehat untuk selalu berbuat sesuatu, dan akan merasa bersalah jika tidak melakukan apa-apa. 

Menurut Emily Toxic productivity adalah salah satu penyebab utama burnout. Ketika kita selalu berusaha untuk menjadi produktif, tubuh dan pikiran kita akan mengalami stres yang kronis. Hal ini dapat berakibat pada kelelahan fisik dan mental, insomnia, dan masalah kesehatan lainnya (Emily, 2019)

Apa Saja Dampak toxic productivity?

  1. Kesehatan Mental yang Terpengaruh:

 Ketika kita terus-menerus menempatkan diri kita dalam tekanan untuk mencapai lebih banyak, kesehatan mental kita dapat menderita. Kecemasan, stres, dan depresi adalah dampak umum dari toxic productivity.

  

  2. Kesehatan Fisik yang Terganggu: 

Kurangnya istirahat yang memadai dan stres yang berlebihan dapat mengarah pada masalah kesehatan fisik, seperti gangguan tidur, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan bahkan risiko penyakit jantung.

  

  3. Hubungan yang Terabaikan:

 Fokus yang berlebihan pada pekerjaan dapat mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap hubungan interpersonal, baik itu dengan keluarga, teman, atau pasangan hidup.

  

  4. Kualitas Kerja yang Menurun: 

Ironisnya, terlalu fokus pada kuantitas pekerjaan seringkali mengakibatkan penurunan kualitas. Ketika kita terburu-buru untuk menyelesaikan sesuatu, kemungkinannya tinggi kita akan melakukan kesalahan atau mengorbankan detail yang penting.

Bagaimana Mengatasi toxic productivity?

Namun tak berarti hal ini tidak bisa diatasi, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk melawan toxic productivity dan membangun pola kerja yang lebih seimbang dan berkelanjutan seperti:

  1. Mengenali Tanda-tanda Toxic Productivity: 

Pertama-tama, penting untuk mengenali tanda-tanda toxic productivity dalam diri kita. Jika merasa terus-menerus tegang, kelelahan, atau kesulitan untuk bersantai, mungkin sudah waktunya untuk memeriksa pola kerja kita. Selain efek kelelahan dan kesulitan untuk bersantai, toxic productivity juga dapat dikenali dengan perilaku umum seperti sulit mengatakan "tidak" kepada permintaan orang lain.

  

  2. Atur Prioritas dengan Bijak: 

Alih-alih mencoba menyelesaikan segala sesuatu sekaligus, prioritaskan tugas-tugas yang benar-benar penting dan berikan waktu dan perhatian yang layak bagi setiap tugas.

  

  3. Berikan Ruang untuk Istirahat: 

Istirahat itu adalah kebutuhan yang penting untuk menjaga keseimbangan dalam hidup kita. Jadwalkan istirahat secara teratur dan berikan diri Anda izin untuk melepaskan diri dari pekerjaan. Selain itu, istirahat juga sangatlah membantu untuk mengembalikan performa kerja sehingga ketika sudah selesai istirahat kita dapat menunjukan performa yang maksimal

  

  4. Jaga Keseimbangan:

Selain dari pekerjaan, pastikan Anda memberi waktu bagi kegiatan yang memberi Anda kebahagiaan dan mengisi ulang energi Anda, seperti olahraga, seni, atau menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai.

  

  5. Berpikir Jangka Panjang:

Ingatlah bahwa produktivitas yang berkelanjutan bukanlah tentang berapa banyak yang bisa Anda kerjakan hari ini, tetapi bagaimana Anda menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang sehat dalam jangka panjang. Dengan menjaga keseimbangan ini, hidup dapat lebih teratur dan sehat.

Dengan mengakui dan mengatasi toxic productivity dalam diri kita, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dengan pekerjaan dan mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hidup kita secara keseluruhan. Daripada terjebak dalam siklus kelelahan dan stres, mari kita hadapi tantangan produktivitas dengan cara yang lebih bijak dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun