“Kamu? Billy?” Hanya dua kata itu yang sanggup kuucapkan.
“Iya. Kenapa sih? Kayak melihat hantu saja. Kamu masih sibuk seperti dulu? Kesibukanmu apa? Masih suka menulis?”
“Ah, iya. Aku kaget aja ngeliat kamu lagi. Masih, kok. Kamu sedang sibuk apa?” tanyaku berbasa-basi, tanpa mengingatkan janjinya dulu.
“Aku lagi sibuk mengurus bisnisku. Seperti yang kuimpikan dulu, memiliki usaha sendiri.”
Setelah lama berbincang-bincang. Kami bertukar nomor dan pin. Aku kembali dalam duniaku sehari-hari dan ia pun demikian. Bedanya setelah dari taman tersebut, tidak hanya pikiranku yang tercerahkan, tapi hatiku juga tercerahkan akan kedatangannya. Apakah ia masih ingat janji itu? Kurasa ia melupakannya. Sepertinya ia juga lupa akan perasaanku padanya.
BIP. Sebuah pesan BBM masuk. Dari Billy
“Hai, Dea. Sabtu sore besok kamu sibuk. Aku harap kamu sedang tidak sibuk. Aku membutuhkan bantuanmu, kalau kamu tidak sibuk.”
“Bantuan apa?”
“Sabtu saja, kalau kamu tidak sibuk. Kamu sibuk atau tidak di Sabtu sore? Kalau kamu sibuk yausudah. Tapi hanya kamu yang dapat membantuku.”
“Kebetulan sih Sabtu nggak sibuk. Ketemuan dimana?”
“Taman yang kemarin saja.”
“Ok.”