Mohon tunggu...
Radix WP Ver 2
Radix WP Ver 2 Mohon Tunggu... -

Saya seorang liberal-sekuler. Akun terdahulu: http://www.kompasiana.com/radixwp

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen: Klara dan Voorijder

22 Agustus 2015   23:26 Diperbarui: 22 Agustus 2015   23:26 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mobil lain, Klara mulai tenang setelah menyandar ke bahu Hans. Ia mengingat kembali pertemuan mereka yang pertama.

Hans seniornya selisih satu angkatan. Pemuda asal Manado ini sorot mata cerdasnya jauh lebih menonjol ketimbang ketampanan wajahnya. Ia adalah penentang kegiatan Opspek.

Tidak seperti para senior yang menggelar Opspek dengan tujuan caper ke para mahasiswi baru, sikap Hans justru membuatnya dikagumi oleh para juniornya. Padahal ia tak bermaksud demikian.

Klara harus bersaing dengan banyak rekannya untuk merebut hati kakak angkatan yang idealis dan tak berminat pacaran tersebut. Tapi, ia selalu berpegang nasehat Papih tentang determinasi. Kengototanlah yang membuat Hans luluh jadi kekasihnya.

Lamunan Klara terhenti mendengar sayup-sayup suara sirene polisi di kejauhan. "Jangan-jangan tersusul rombongan Mamih.."

Hans mengintip spion. "Sepertinya bukan."

Rush berada di jalur tengah. Jadi, tak harus minggir oleh rombongan dengan voorijder yang kemudian melaju di jalur kanan. Tapi, seperti biasa, kendaraan-kendaraan lain dipaksa minggir oleh polisi patwal yang bersikap bengis meladeni kliennya.

Ternyata memang bukan rombongan Mamih. Tak urung Klara merasa kesal lagi. "Tuh kan, voorijder selalu menyusahkan orang banyak. Padahal mereka kan pembayar pajak juga. Kenapa orang-orang sialan yang tak mau disiplin antre itu tak kunjung sadar?!"

"Memangnya Mamih tak pernah ketemu voorijder?" tanya Hans sambil tetap memandang ke depan.

Klara terdiam beberapa saat. "Iya ya.." gumamnya pelan.

Hans menoleh. "Eh? Ada apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun