Menjadi menarik jika kita mulai mencoba untuk ikut menalar masa depan Badan Intelijen Negara (BIN). Mengapa menarik? Karena belakangan ini nyusul menyusul peristiwa yang memperlihatkan kurang maksimalnya kerja intelijen, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan stabilitas nasional.
Berkibarnya bendera Bintang Kejora yang menjadi simbol Organisasi Papua Merdeka (OPM) dibanyak tempat di Indonesia, bahkan hingga di muka halaman Istana Negara Jakarta, memperlihatkan lemahnya kerja-kerja cegah tangkal yang seyogyanya menjadi tugas utama BIN. Belum lagi munculnya tindak kekerasan di Papua yang mengakibatkan hilangnya banyak nyawa karena ulah dari gerakan separatis OPM.
Dimanakah sebenarnya intelijen kita? Hal ini menjadi penting jika kita ingin mencoba menalar masa depan lembaga intelijen kita tersebut.
Untuk menalar masa depan BIN, maka haruslah kita memisahkan beberapa variabel yang dapat mempermudah upaya meraba bagaimana idealnya lembaga intelijen yang kita banggakan ini.
1. Strategi
Bagaimana seharusnya strategi intelijen kita, terutama dalam fungsi utamanya melakukan upaya prefentif bagi segala tindakan yang dapat mengganggu keamanan dan stabilitas nasional.
BIN sejatinya menganut asas "single client" dalam tugas kordinatifnya. User satu-satunya seharusnya hanyalah Presiden, selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, bukan sebagai pribadi, apalagi sebagai kekuatan politik. Sebagai pengguna dari informasi intelijen yang diproduksi oleh BIN, Presiden berhak mendapatkan asupan informasi yang bisa dipergunakan untuk mengukur langkah, kebijakan dan keputusan negara dan pemerintah.
Di banyak negara, setiap pagi presiden makan pagi bersama dengan kepala intelijen negara untuk mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi hari sebelumnya dan sekaligus memberikan analisis dan prediksi apa yang akan terjadi pada hari tersebut. Langkah ini berguna agar presiden dapat melakukan pembenahan aparaturnya, tapi juga diberi asupaj informasi yang cukup agar segala tindak kebijakannya selama hari tersebut dapat diputuskan secara terukur. Termasuk agar presiden dapat memaksimalkan fungsi aparatur pemerintahan dan lembaga negara dibawahnya.
Peristiwa berkibarnya bintang kejora dibanyak tempat, termasuk tembusnya kemuka halaman istana adalah indikasi empiris yang memperlihatkan bahwa presiden beserta aparatur dan lembaga negara dibawahnya tidak menerima asupan informasi yang cukup memiliki akurasi tinggi.
Dapat juga dalam perspektif lain, dimungkinkan telah terjadi praktik kontra intelijen terhadap langkah pengamanan negara. Kerja intelijen yang mandul dapat dipastikan dikarenakan adanya kegiatan kontra intelijen dari pihak yang secara sengaja ingin mengganggu stabilitas negara. Persoalan muncul jika kita tak mampu mendeteksi praktik tersebut.
Kegiatan intelijen kontra intelijen sebenarnya dapat dipermudah jika saja kita memiliki semacam National Intellegence Direction (NID) atau Panduan Intelijen Nasional, yang seharusnya menjadi pegangan bagi presiden untuk mengambil langkah cepat.
2. Fungsi dan SDM
Salahsatu yang dapat saja melemahkan fungsi dan tugas intelijen adalah persoalan fungsi dan SDM yang ada didalam tubuh BIN.Â