Mohon tunggu...
Irwan121
Irwan121 Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis Budaya, Politik dan Filsafat

Penggagas Intelijen Maritim, Koordinator Gerakan Nasional Sadar Maritim, Penulis, Pengagum BUYA HAMKA, Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menalar Masa Depan Badan Intelijen Negara: Fungsi, Struktur, dan Kepemimpinan

27 Oktober 2019   22:55 Diperbarui: 27 Oktober 2019   22:57 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi menarik jika kita mulai mencoba untuk ikut menalar masa depan Badan Intelijen Negara (BIN). Mengapa menarik? Karena belakangan ini nyusul menyusul peristiwa yang memperlihatkan kurang maksimalnya kerja intelijen, terutama yang berkaitan dengan keamanan dan stabilitas nasional.

Berkibarnya bendera Bintang Kejora yang menjadi simbol Organisasi Papua Merdeka (OPM) dibanyak tempat di Indonesia, bahkan hingga di muka halaman Istana Negara Jakarta, memperlihatkan lemahnya kerja-kerja cegah tangkal yang seyogyanya menjadi tugas utama BIN. Belum lagi munculnya tindak kekerasan di Papua yang mengakibatkan hilangnya banyak nyawa karena ulah dari gerakan separatis OPM.

Dimanakah sebenarnya intelijen kita? Hal ini menjadi penting jika kita ingin mencoba menalar masa depan lembaga intelijen kita tersebut.

Untuk menalar masa depan BIN, maka haruslah kita memisahkan beberapa variabel yang dapat mempermudah upaya meraba bagaimana idealnya lembaga intelijen yang kita banggakan ini.

1. Strategi
Bagaimana seharusnya strategi intelijen kita, terutama dalam fungsi utamanya melakukan upaya prefentif bagi segala tindakan yang dapat mengganggu keamanan dan stabilitas nasional.

BIN sejatinya menganut asas "single client" dalam tugas kordinatifnya. User satu-satunya seharusnya hanyalah Presiden, selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, bukan sebagai pribadi, apalagi sebagai kekuatan politik. Sebagai pengguna dari informasi intelijen yang diproduksi oleh BIN, Presiden berhak mendapatkan asupan informasi yang bisa dipergunakan untuk mengukur langkah, kebijakan dan keputusan negara dan pemerintah.

Di banyak negara, setiap pagi presiden makan pagi bersama dengan kepala intelijen negara untuk mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi hari sebelumnya dan sekaligus memberikan analisis dan prediksi apa yang akan terjadi pada hari tersebut. Langkah ini berguna agar presiden dapat melakukan pembenahan aparaturnya, tapi juga diberi asupaj informasi yang cukup agar segala tindak kebijakannya selama hari tersebut dapat diputuskan secara terukur. Termasuk agar presiden dapat memaksimalkan fungsi aparatur pemerintahan dan lembaga negara dibawahnya.

Peristiwa berkibarnya bintang kejora dibanyak tempat, termasuk tembusnya kemuka halaman istana adalah indikasi empiris yang memperlihatkan bahwa presiden beserta aparatur dan lembaga negara dibawahnya tidak menerima asupan informasi yang cukup memiliki akurasi tinggi.

Dapat juga dalam perspektif lain, dimungkinkan telah terjadi praktik kontra intelijen terhadap langkah pengamanan negara. Kerja intelijen yang mandul dapat dipastikan dikarenakan adanya kegiatan kontra intelijen dari pihak yang secara sengaja ingin mengganggu stabilitas negara. Persoalan muncul jika kita tak mampu mendeteksi praktik tersebut.

Kegiatan intelijen kontra intelijen sebenarnya dapat dipermudah jika saja kita memiliki semacam National Intellegence Direction (NID) atau Panduan Intelijen Nasional, yang seharusnya menjadi pegangan bagi presiden untuk mengambil langkah cepat.

2. Fungsi dan SDM
Salahsatu yang dapat saja melemahkan fungsi dan tugas intelijen adalah persoalan fungsi dan SDM yang ada didalam tubuh BIN. 

Persoalan tidak maksimalnya kerja-kerja intelijen sangat dimungkinkan akibat tidak performnya personil yang ada didalamnya, atau juga dikarenakan adanya inefisiensi kinerja beberapa pihak.

Tugas intelijen yang berkutat dalam tiga fungsi besar yaitu mengumpulkan informasi, melakukan analisa terhadap informasi yang diperoleh dan memberikan rekomendasi dari hasil analisa tersebut, sesungguhnya hanya dapat dimaksimalikasi oleh performa para agen intelijen yang dimiliki.

Untuk itu, penting kiranya agar BIN mulai membenahi konfigurasi sdm yang dimiliki. Beberapa orang yang diketahui pernah ikut dalam proses dukung mendukung capres atau partai politik sebaiknya tidak diikutsertakan dalam tugas-tugas keagenan intelijen.

Hal tersebut untuk mencegah adanya persoalan personal yang terbawa ketika yang bersangkutan sedang menjalankan tugas-tugas keagenan.

Tidak terbayangkan jika seorang yang pernah menjadi timses seorang capres lalu menjadi agen intelijen, lalu akan menghajar lawan-lawan politiknya ketika kontestasi politik dengan menggunakan instrumen intelijen yang dimiliki sebagai agen. Untuk itulah sebenarnya mengapa struktur dan sdm yang rapih dan terukur menjadi hal penting yang harus segera diperbaiki.

3. Kepemimpinan
Hal terakhir yang menjadi kunci dari efektifitas kinerja intelijen adalah persoalan kepemimpinan. Benarlah adanya bahwa seorang jabatan kepala badan intelijen adalah sebuah jabatan politik, jika presiden berkenan dan DPR sepakat, maka siapa saja dapat memimpin BIN.

Tetapi ada baiknya kita juga mengikutsertakan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan tekhnis kenapa seseorang dapat diangkat menjadi Kepala BIN. Pertama, ia haruslah orang yang memiliki pengetahuan intelijen yang mumpuni. Kedua, ia juga haruslah pernah melakukan aktivitas intelijen yang jam terbangnya dipandang cukup. Ketiga, ia harus pula pernah menduduki jabatan didalam struktur lembaga intelijen. Hal-hal tersebut dapatlah menjadi portofolio yang terukur sebelum seseorang ditunjuk dan diangkat sebagai Kepala BIN.

Ketiga varian diatas kiranya dapat menjadi perenungan kita tentang bagaimana melahirkan masa depan BIN yang lebih cemerlang dan maksimal. Dalam waktu dekat, Presiden Jokowi akan mengumumkan siapa pejabat Kepala BIN definitif yang berada dalam Kabinet Indonesia Maju. Ditangan Kepala BIN yang layaklah, keamanan dan sabilitas nasional dapat dikendalikan karena fungsi cegah tangkal dapat dilakukan dengan maksimal. Semoga.

Oleh : Irwan. S
Penulis adalah rakyat Indonesia dan Sekjen Rumah Indonesia Merdeka (RIM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun