“Perempuan inilah yang benar akan membawa harapanku yang besar. Dia berkebalikan dengan para pria, dia pemaaf yang memiliki suara yang merdu. Nyanyian burung pun seakan tak ada harganya”
“Seindah itukah, Tuan?”
“Tentu saja. Jika aku menciptakan pria dengan kekhawatiran akan pemberontakan dan membuat karya pertamaku menjadi sosok nan keras aku akan mencipta perempuan dengan senyuman. Senyum dari hatiku akan menjadi senyum mereka kelak”
“Saya ingin melihat perempuan ini segera, Tuan”
“Kelak kau akan hadir di setiap perempuan dengan nyanyian merdu mereka dan hati mereka yang penuh kasih”
“Saya tak sabar”
“Maka bersabarlah, anakku. Perempuan ini sebentar lagi akan menjadi pengisi hari-hari malaikat dengan sukacita. Mari kita keluar”, ajak Tuhan
Kini Tuhan dan anaknya sudah berada di depan pintu nan besar ini. Mereka hendak keluar, kembali ke tempat di mana Tuhan bertakhta.
Saat Tuhan membuka pintu untuk dirinya dan anaknya terkejutlah Ia. Ramalan hatinya akan kekacauan surga kini sudah terjadi di depan mata. Salah satu Serafim memberontak.
Serafim yang satu ini sangat kuat nan gagah perkasa. Otaknya lebih besar dari Serafim lainnya. Hatinya lebih kecil, sayangnya. Dia merasa sebagai yang terkuat dan tergagah. Dia merasa paling dewasa padahal tidak. Dia yang ingin memerintah surga sepenuhnya.
“Lucifer memberontak!”, teriak salah satu Serafim yang memberanikan diri untuk berteriak di hadapan Tuhan.