Mohon tunggu...
Raditya Putra Efendi
Raditya Putra Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Film dan Televisi - Universitas Pendidikan Indonesia

A Pop Culture enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Film

Membaca Mise en Scene dalam film "The Disruptors"

31 Desember 2022   14:48 Diperbarui: 7 September 2023   10:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Narasumber keluarga. "The Disruptors", menit: 00:22:15 

Lalu yang terakhir ada bagian "menerima ADHD", bagian ini berfokus pada para pengidap ADHD itu sendiri. Mengenai bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka sebaik mungkin meskipun dengan kondisi yang mereka punya. Subjek-subjek atau narasumber pada bagian ini utamanya adalah anak-anak dari berbagai kalangan umur, tapi juga ada beberapa "artis-artis sukses" yang ternyata juga mengidap ADHD. Cerita mereka digunakan sebagai sebuah bukti nyata kalau ADHD bukanlah suatu kelainan, melainkan sebuah aset yang bisa membantu mereka menggapai prestasi. Jadi, mise-en-scne yang dihasilkan pada bagian ini tidak terlalu jauh berbeda dengan mise-en-scne yang sudah dijelaskan pada bagian pertama, karena tentu saja lingkungan anak tersebut pasti tak akan jauh berbeda dari lingkungan keluarganya. 

Gambar: Anak Pengidap ADHD.
Gambar: Anak Pengidap ADHD. "The Disruptors", menit: 00:16:47 

Namun yang jadi pembeda adalah para narasumber "artis-artis sukses" nya. Pertama ada dari segi wardrobe, para narasumber artis memiliki mise-en-scne wardrobe yang bia dibilang unik keimbang narasumber-narasumber yang lain. Karena di satu sisi, mereka tahu kalau mereka hanya sedang melakukan wawancara santai, sehingga pakaian yang mereka pakai hanyalah pakian sehari-hari. Namun di sisi lain, kedudukan atau posisi mereka dalam kasta sosial tetap terasa seacara jelas melalui pakaian mereka yang tetap memiliki kelas walaupun hanya sebuah pakaian santai. Lalu penggunaan color palette hitam sebagai warnca background mereka juga memberikan kesan glamour. 

Gambar: Representasi animasi.
Gambar: Representasi animasi. "The Disruptors", menit: 00:14:09 

Lalu ada satu aspek artistik yang menurut penulis menjadi keunikan mise-en-scne dari film ini. Yaitu penggunaan animasi sebagai penegas pernyataan atau sebagai rekonstruksi cerita. Sebagai penegas pernyataan, penggunaan animasi merupakan pilihan yang tepat karena tak hanya penonton bisa terpancing atensinya dengan visualisasi yang menarik, hal tersebut juga bisa jadi suatu bentuk validasi bagi pernyataan dari narasumber. Lalu ada juga penggunaan animasi ketika film berusaha merekonstruksi kejadian lalu dari si anak kecil, tak hanya ini menjadi suatu cara yang menarik untuk memvisualisasikan cerita dari narasumber, tapi keputusan artistik untuk menggunakan animasi sebagai medianya merupakan keputasan yang tepat karena hal tersebut sangat merefleksikan narasumber yang masih anak-anak. Animasi-animasi ini juga bisa ditafsirkan sebagai imajinasi dari pengidap ADHD, sehingga bisa terkomunikasikan kalau terdapat suatu keindahan dari kondisi yang mereka miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun