Di dunia transportasi, ada istilah sign (lampu tanda belok) tidak berlaku bagi bajaj. Karena hanya supir bajaj (dulu) dengan Yang Maha Kuasa yang tau kapan bajaj (dulu) akan belok. Namun istilah tersebut kiranya saat ini sudah enggan muncul, sebab supir bajaj saat ini sudah lebih teratur dengan armada barunya yang tentu lebih bersih dan nyaman. Sementara itu, pengguna sepeda motor dapat berbelok ke kiri dan ke kanan, kapanpun bisa tanpa perlunya memberi sign. Karena banyak pengguna sepeda motor lalai dalam memaksimalkan fasilitas keselamatan bermotor yang satu ini, banyak dari mereka sepertinya tidak terlalu peduli dengan lampu tanda belok ini.
Berkendara Sambil bermain handpone
Kejadian pengendara sepeda motor sambil berkomunikasi sudah jamak kita lihat di jalan-jalan. Tidak tahukah bahwa telepon/chating sambil mengendarai sepeda motor, jelas berbahaya!. Tidak fokus dalam berkendara dan tidak mendengar tanda/klakson dari pengguna jalan yang lain bisa berakibat fatal. Beberapa pengendara sepeda motor bahkan ada yang mengendarai motornya sambil mendengarkan radio/musik, bahkan sengaja menempelkan telponnya ke helm untuk komunikasi dengan orang lain. Hallo...., punya nyawa lebih dari satukah kalian?.
Berbelok Memotong Jalur
Memotong jalur jalan saat menyalip atau saat di perempatan jalan sering terjadi. Pengguna sepeda motor yang hendak berbelok ke kanan menggunakan jalur dari arah kiri dan sebaliknya. Akibatnya terjadi kemacetan karena tidak disiplin dan tidak sabar menunggu antrian. Hal yang paling berbahaya adalah saat melihat pengendara sepeda motor “terjun” dari koridor busway karena melihat razia polisi “di muka jalan”.
Menunggu Traffic Light pada Zebra Cross
Zebra Cross adalah area yang berfungsi untuk pejalan kaki saat mereka mau menyeberangi jalan, tetapi fungsi zebra cross di perempatan jalan sudah beralih fungsi sebagai batas pengendara motor berhenti untuk mengambil ancang-ancang jika traffic light sudah memberikan sinyal “kuning”. Dalam hal ini, pengendara sepeda motor tidak peduli lagi dengan fungsi zebra cross ini.
Mengendarai di Trotoar
Tidak cukup pengendara sepeda motor berjalan secara teratur di jalan yang telah disediakan. Mereka justru merampas hak pejalan kaki, mereka mengendarai sepeda motor di atas trotoar atau di jembatan penyeberangan. Miris rasanya jika melihat Ibu yang sedang menggendong anaknya, kesulitan “mencari jalan” untuk jalan karena trotoar sudah penuh dengan “semut-semut motor”. Kejadian seperti ini lebih sering terjadi di kota-kota besar.
Mengendarai Melawan Arus
Dengan dalih untuk mempersingkat jarak tempuh dan waktu, biasanya pengendara sepeda motor di Jakarta nekat melakukan hal ini. Bukan hanya berbahaya bagi diri sendiri, tentunya juga berbahaya bagi pengendara lain yang memang berada di jalur semestinya. Sempat terbersit di kepala mengucapkan “Ya Allah.... sekolah gak sih dulu??????”.