Mohon tunggu...
Eka Yuda Danu Suma
Eka Yuda Danu Suma Mohon Tunggu... Pengacara - Setiap pemenang pasti penuh dengan luka, karena hidup berarti perjuangan.

⚖️ Fiat justitia ruat caelum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembali ke Tujuan

31 Januari 2022   01:10 Diperbarui: 31 Januari 2022   01:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pelan-pelan, itu sakit", pintaku.

Aku dibaringkan di ruang tamu beralas tikar pada salah satu rumah warga. Aku menangis. Aku takut. Aku sedih. Gejolak rasa sakit, panik, bingung mengiringi bayangan-bayanganku kedepan. Aku takut cacat. Sebelum terlalu jauh dibayangi hal-hal buruk, Deden membuyarkan semuanya.

"Mana hapemu, sini liat nomor bapakmu", ucap Deden dengan wajah panik.

"Aku hafal den, tulis sudah sekarang", lirihku

Segera setelah selesai mengetik pada tombol hapenya, Deden mengabari kondisi terkini kepada bapakku. Beruntung (tumben) dia punya pulsa.

Selang beberapa lama, mobil Ambulance telah terparkir dihalaman rumah, tubuhku dinaikkan ke ranjang dorong dan dimasukkan ke mobil. Didalamnya sudah ada beberapa temanku yang ikut menjemput. Ternyata kabar kecelakaan ini telah tersebar dikalangan teman tongkronganku.

Kusadari ambulance melaju kearah Sotek, aku dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama meski aku tahu itu tak akan banyak membantu, tapi aku pasrah. Sesampainya di Puskesmas ternyata bapakku sudah menunggu, entah bagaimana ceritanya dia tahu kalau aku juga akan ke tempat ini.

"Aku takut cacat pak", ucapku

"Ah enggak, nantikan sembuh. Semua akan baik-baik saja", yakin beliau.

Kudapati raut wajah haru bapak mencoba menahan tetes air matanya. Aku serba salah.

Oleh suster yang piket skinny jeans dan crewneck andalanku digunting karena ingin mengecek luka di paha dan tanganku. Karena memang ada darah mengalir dan menembus celanaku, sekaligus memasang kardus yang dilipat menyerupai gips untuk menahan posisi kakiku agar tidak bergerak terlalu liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun