"Aaaawww...! pelan-pelan Mbak", pekikku dengan nada kesal.
Tepi kardus itu tepat mengenai luka menganga dipahaku. Sakit. Sangat sakit.
"I..iya...Maaf Sayang", ucapnya panik.
Sebentar, aku salah ingat. Sebenarnya dia berkata "Maaf Mas". Bukan "Maaf Sayang".
Rampung tindakan suster tersebut segera aku dibawa ke RSUD Nipah-Nipah (sekarang RSUD Ratu Aji Putri Botung) dengan mobil Ambulance yang sama. Dua orang teman mendampingi di sampingku, yang lain mengiringi dengan motor, termasuk bapakku. Ada saja kejadian yang menambah kepanikan kami, saat mobil dalam posisi menanjak tiba-tiba pintu belakang mobil ambulance terbuka. Dengan cepat temanku meraih gagang pintu kemudian menariknya kedalam dengan sedikit menghempas agar tertutup rapat. Beruntung ranjang tempat ku terbaring rodanya terkunci di lantai mobil. Jika tidak aku sudah meluncur bebas ke jalanan.
Aku merintih diperjalanan sambil menahan sakit akibat kontur jalan yang tak mulus. Ketika mobil melewati jalan yang tak rata dan bergelombang, otomatis tubuhku tergerak dan akan ada banyak rasa sakit yang menyelinap.
Ku tenangkan hatiku dengan membayangkan hal-hal baik, mencoba melucuti derita sakit ini dengan memastikan bahwa semuanya akan baik, meski aku tak terlihat baik-baik saja saat ini.
Malam pun dibelah dengan laju ambulance diiringi kilauan lampu strobo merahnya. Aku kembali ketempat tujuanku tadi siang, namun bukan untuk bersenang-senang. Tapi kembali dengan sakit yang kukenang.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H