Mohon tunggu...
Anak Lanang
Anak Lanang Mohon Tunggu... -

hanya rakyat biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agamamu, Agamaku & Agama-agama Kita

1 Agustus 2012   13:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:21 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama menjadi komoditas. Mereka yang merasa memiliki monopoli terhadap agama, menjajahnya di pasar untuk diperjualbelikan. Para politisi menggunakannya dengan cermat. Para pengusaha pun idak mau kalah.

Sementara itu, Lia Aminuddin diperkerakan, Ahmadiyah dikejar-kejar….. Jika Guruku disini, barangkali darahnya sudah dinyatakan halal. Terlepas dari setuju atau tidaknya kita terhadap apa yang dikatakan oleh Lia dan apa yang didakwahkan oleh Ahamadiyah, jangan lupa apa yang kita katakan dan dakwahkan pun tidak diseutujui semua orang. Ya, kebetulan saja kita mayoritas, sehingga minoritas mati kutu.

Agama, sebagaimana kita pahami dan praktekkan saat ini, jelas tidak menjadi Rahmat bagi Alam Semesta. Jangankan Alam Semesta, bagi negara kita pun tidak bisa.

Agama sebagaimana dipraktekkan oleh kelompok-kelompok militan di Timur Tengah misalnya, menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagai seluruh rakyat Palestina dan Lebanon. Saat ini, silakan berpihak pada mereka – kelak, jika Bangsa Palestina dan Lebanon bangkit, namamu akan dimasukkan dalam daftar para pengkhianat bangsa dan negara. Kewarasan kita tidak setuju dengan serangan agresor Israel, tetapi kewarasan kita juga tidak setuju dengan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok militan sehingga selalu memicu perang di kawasan itu.

Palestina, Lebanon, Irak….. negara-negara di Teluk yang merasa tertindas saat ini, harus mengupayakan kelahiran seorang Gandhi. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, dan kejahatan yang menyerangmu akan kehabisan energi. Mereka akan berhenti sendiri. Saat ini, kejahatan Israel malah mendapatkan energi dari kelompok-kelompok militan di Timur Tengah. Mereka memperoleh alasan untuk melakukan agresi militer.

Adalah suatu kemalangan bahwa kelompok-kelompok militan seperti itu, ada juga di tanah-air kita. Ada juga tokoh-tokoh yang menyebarluaskan kebencian dengan menggunakan dalih agama. Ayat-ayat suci diselewengkan artinya, dan penyelewengan itu disebut ilmiah. Baru keluar dari penjara, sudah berkarya kembali. Seribu orang menghadiri Tabligh Akbar yang digelarnya. Tepuk Tangan!!

Agama adalah Berkah.
Ia menjadi Rahmat yang menyebarkan Kasih, atau menjadi Laknat yang penuh Kebencian – karen ulah manusia, karena kita. Karena pemahaman kita, karena laku kita.

Agama merupakan Rahmat bagi Alam Semesta.
Agama-agama, setiap agama, agamaku dan agamaku, agama kita semua – yang intinya adalah satu, Penyerahan Diri pada Kehendak Ilahi – tanpa kecuali merupakan Berkah dan berpotensi sebagai Rahmat bagi Alam Semesta. Berpotensi. Benih Potensi itu mau ditanam, disiriami air kehidupan, dipupuki dengan cinta…… atau dibiarkan jatuh diatas tanah yang gersang, dan mati dalam kekeringan…… semuanya kembali pada kita.

Agama adalah sesuatu yang bersifat sangat individu, dalam pengertian setiap orang harus menjalaninya sendiri. Ia tidak dapat diwakilkan. Tidak ada yang menjadi perantara antara khalaq, ciptaan Allah, dan Khaaliq, Gusti Allah., Sang Maha Cipta. Institusi-institusi yang saat ini berperan sebagai perantara tak akan bertahan lama.

Kebangkitan Manusia Indonesia, bangkitnya kesadaran dalam diri kita – akan mengakhiri peran institusi-institusi tersebut. Dan, institusi-institusi tersebut pun menyadari hal ini. Mereka memahaminya betul. Mereka tahu bahwa institusi-institusi mereka melanggar Hukum Alam, bertentangan dengan Firman Allah.

Berkah dan Rahmat adalah dari Allah.
Berkah tidak dapat diinstitusikan. Rahmat tidak dapat dilembagakan. Segala upaya ke arah itu hanya membuktikan ketololan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun