Mohon tunggu...
Nga Usah Tahu
Nga Usah Tahu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Penerus

15 Maret 2012   09:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kamu yakin, mau abah yang menentukan"

"iya bah, Imah patuh pada pilihan abah"

"ya sudah, abah ingin melihat mereka satu per satu"

Hari I, insyinyur itupun menemui abah

"coba saya mau lihat hafalan ayat kamu?"

Insyinyur itupun dengan fasih membacakan surat demi surat didepan abah. Susunan huruf, makhraj, dan tajwiidnya sangat pas, sepertinya keturunan Abdullah (Anak kedua Ummu Sulaim dan Abu Thalhah). Rasanya sangat pas dia menjadi menantuku. Kemudian abahpun menanyakan sesuatu

"apa yang saudara ketahui tentang mentoring, islam dan keadaan saat ini"

Jawaban yang sangat indah, tinggi dan melayangkan cita setinggi surgha pun terbayang dari mulut si insyinyur. Sudahlah ini adalah lelaki yang bisa meneruskan cita - cita perjuangan ku sejak dulu. Begitu yang dipikirkan abah namun...

"saudara masih mentoring?"

Hari II, manajer itupun menemui abah dengan langkah sedikit gugup

"coba saya mau lihat hafalan ayat kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun