”Lagi ada proyek nih...” jawabku tenang.
”Wih mantep! Proyek apa nih? Bagi-bagi dong...” kata Arum antusias.
”Hm... kalo proyek yang ini bukan untuk dibagi-bagi, babe. Lo pasti nggak mau deh. Tenang, nanti kalau udah beres, pasti gue kasih tahu,” sahutku.
”Halah, sok misterius. Bilang aja lo nggak mau bagi-bagi rejeki...,” kata Arum, kali ini mulai terdengar kesal.
Aku tetap menanggapinya dengan tenang, ”Wets, bukannya gitu... Udah gue bilang, kalau proyek ini bukan untuk dibagi-bagi, karena nggak bakalan ada yang mau. Pokoknya, lo tenang aja, kalau sudah beres, lo akan jadi orang pertama yang tahu.”
”Yah, terserah lo deh! Eh... jangan ditutup dulu, kalau ada telepon, diangkat ya! Awas lo kalau ngilang lagi!” ancamnya.
”Gue usahain ya, kalau nggak sibuk, hehe...,” sahutku sekenanya.
”Belagu nggak sembuh-sembuh... Udah, terusin sana proyek lo!” kata Arum sambil mengakhiri pembicaraan.
Bagi-bagi proyek? Hahaha... Mana mungkin?! Lha wong aku sedang mengerjakan Proyek Pembakaran Lemak. Memangnya ada yang berminat menampung lemak-lemak yang menggelambir di tubuhku ini? Kalau ada, tentu sudah dari dahulu aku mendonasikannya.
Ya, aku memang sedang on the move – dalam arti yang sebenarnya. Aku sedang berusaha sebanyak mungkin bergerak. Caranya? Lari keliling kompleks, sit-up, lompat tali, mengangkat air dan berbagai olah raga lainnya yang tanpa mengeluarkan fulus alias dana.
Aku melakukan semua itu untuk menurunkan sekitar 10 kg bobot tubuhku dan meluruhkan lemak-lemak yang tidak kuinginkan dalam jangka waktu satu bulan. Ini memang bukan pekerjaan mudah, tetapi aku sudah membulatkan tekadku sejak hari itu. Hari di mana aku bertemu dengannya, suatu sosok yang menggambarkan kata "sempurna" di benakku. Sosok itu begitu nyaris tanpa cacat cela, sehingga aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.