Mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan ‘Mbak’ oleh pemuda yang tidak dikenalnya, tiba-tiba Citra merasa kesal.
“Mbak… Mbak… Jangan panggil aku dengan panggilan ‘Mbak’!” tiba-tiba kerongkongannya tercekat saat menatap wajah pemuda itu.
Ketampanan pemuda itu membuat pikirannya kosong sejenak dan terpaku menatapnya.
“Mbak! Eh maaf, Kak! Ada yang mau ditanyakan lagi? Kalau tidak ada, saya mau masuk membawa barang ini. Berat nih,” sahut pemuda itu.
Citra menggelengkan kepalanya.
Sejak pertemuannya dengan pemuda itu kemarin, Citra selalu teringat tentang dia. Namun, Citra selalu menepisnya dengan kasar.
‘Ya ampun, Citra! Tidak mungkin kalau kamu jatuh cinta sama tukang angkut barang seperti dia. Apa kata keluarga dan teman-teman?’ batin Citra sambil menggelengkan kepala, berharap bisa menepis pikirannya kepada pemuda itu.
Hari kedua.
Citra mendengar suara mobil besar yang menderu dengan keras yang mengganggu suara acara radio favoritnya. Citra ingin tahu asal suara tersebut, setelah mematikan radionya, dia mengintip dari jendela kamarnya di lantai 2. Ternyata, suara itu berasal dari mobil truk yang akan parkir di halaman rumah tetangganya.
“Loh, mereka belum selesai pindahan barang?” gumamnya.
Citra segera turun dari kamarnya dan keluar rumah. Dia mengintip rumah tetangganya melalui tembok pembatas rumah mereka. Diam-diam dia mencari sosok yang kemarin ditemuinya.