"Daulat, Paduka. Hamba bersedia." Jawab Arya Pakebonan.
"Jika kamu melanggar syarat ini, maka kerajaan Galuh akan pecah menjadi dua dan keadaan kacau balau."
Kemudian setelah dilantik menjadi raja ke-7 Arya Pakebonan berubah pikiran. Ia merasa iri kepada kakaknya karena selalu disanjung dan dicintai oleh rakyatnya. Â Permanadikusuma juga mendapat kesaktian dari seekor naga raksasa. Akhirnya Arya Pakebonan mulai berbuat licik. Ia memindahkan kerajaan Galuh ke Pamulihan di Brebes dan menikahi kedua istri kakaknya. Arya pakebonan mengundang Begawan Permanadikusuma ke kerajaan untuk menguji kemahirannya sebagai seorang pertapa yang suci dan sakti.
"Hai, Begawan sakti. Coba tebaklah apakah kedua isteriku mengandung atau tidak? Jika mengandung maka apakah jenis kelamin anakku nanti?"
Begawan Permanadikusuma menjawab, "Kedua istri paduka sedang mengandung tiga bulan, mereka akan melahirkan bayi laki-laki yang tampan dan rupawan. Kedua putra paduka akan memicu perang saudara dan menyebabkan penderitaan beberapa wilayah."
Mendengar jawaban  itu Arya Pakebonan marah dan memerintahkan anak buahnya membuka bokor yang diikat pada perut kedua istrinya. Ia merasa jebakkannya berhasil dan menuduh Begawan Permanadikusuma berbohong. Arya Pakebonan segera mengambil keris untuk membunuh kakaknya. Begawan Permanadikusma dengan senang hati menerima hunusan keris tersebut. Keinginannya meninggal dunia dalam keadaan suci terkabul. Setelah menerima tusukkan keris sakti, Begawan Permanadikusuma moksa, hilang tidak berbekas.
Beberapa waktu kemudian kedua istri Arya Pakebonan diketahui memang benar-benar mengandung  dan hampir melahirkan. Selirnya mulai iri karena Arya Pakebonan lebih dekat dengan Naga Ningrum. Kemudian Dewi Pangreyep membuat siasat busuk, yaitu mengganti bayi laki-laki permaisuri dengan seekor anak anjing. Bayinya dihanyutkan ke sungai dan ditemukan oleh Kaki dan Nini Kebon di desa Kendaga.
"Ni, aku menemukan kendaga emas berisi bayi di dalamnya. Kita punya anak, Ni." Kata Kaki Kebon kepada istrinya yang sangat mendambakan seorang anak.
Anak itu diberi nama Ciung Wanara. Ia tumbuh menjadi pemuda tampan dan cerdas. Belajar ilmu beladiri dan kesaktian dari Kaki Kebon. Hobinya berburu dari hutan ke hutan.
"Ki, aku menemukan telur ayam di hutan." Kata Ciung Wanara kepada Kaki Kebon. Kemudian ia disuruh mengeramkan telur itu kepada Jaka Poleng di gunung Padang.
Ciung Wanara disambut baik oleh Jaka Poleng yang ternyata jelmaan Begawan Permanadikusuma yang telah moksa. Jaka Poleng mengatakan bahwa telur itu adalah keturunan Jago Abang Pernatas milik Prabu Arya Pakebonan.