"Aku tidak pernah melihatmu." Rosalin tetap berjalan di samping Daniel, baginya tidak perlu menjelaskan apapun kepada cowok yang tinggi badannya hampir dua meter itu. Apa gunanya Rosalin menceritakan tentang dirinya, toh, cowok itu tidak akan peduli.
Hampir semua penduduk di SMA internasional ini tahu siapa Daniel Zenit Petrik Siahaan, dia cowok yang tenar karena prestasinya sebagai kepala tim basket di sekolah. Tigginya lebih dari seratus tujuh puluh centi meter, rambutnya lurus berjuntai sampai ke dahi, hidungnya mancung dan matanya sipit.Â
Setiap cewek di sekolah ini pasti ingin menjadi kekasih cowok bernomor punggung tujuh ini. Baru melewati koridor sekolah saja, membuat cewek-cewek berbisik-bisik menagguminya. Pembawaannya yang cool terkesan dingin kepada cewek-cewek yang mendekatinya, pantas kalau dia disebut coolboy di sekolahnya.
Rosalin mengikuti Daniel sampai ke ruang ganti anak-anak basket. Pintu kaca buram di dorong oleh Daniel, Â mempersilakan Rosalin masuk lebih dulu. Rosalin meletakkan tas ransel, Daniel tampak sibuk dengan barang-barangnya.
 "Aku akan kembali ke kelasku, kutaruh tasmu di sini saja, ya?". Rosalin memutar tubuhnya yang mungil mendekati pintu keluar ruang ganti. Daniel tidak menatapnya, "Oke, terima kasih Oca sudah membantuku." Daniel melambaikan tangan tanpa melihat ke arah Rosalin.
Rosalin memutuskan kembali ke ruang redaksi majalah sekolah. Sambil menunggu teman-temannya datang Rosalin membuka-buka karya yang masuk ke redaksinya. Beberapa puisi dan pantun tertumpuk rapi menunggu sentuhannya untuk diperiksa isinya.Â
Rosalin hendak meninggalkan ruangan, selembar kertas terjatuh dari tumpukan, tampak foto seorang cowok ganteng berdiri dengan sebuah piala besar ditangannya. Senyumnya begitu menawan, ada beberapa cowok lain di sisi kanan dan kirinya. "Bisa tersenyum juga ternyata cowok ini?" Rosalin bergumam sendiri mengagumi ketampanan cowok dalam kertas itu.Â
Rosalin membaca sungguh-sungguh berita yang tertulis di kertas yang sama, Daniel, kapten basket tersenyum saat menerima piala penghargaan gubernur di Gor Jatidiri kemarin sore. Gadis-gadis histeris saat menyaksikan Daniel melakukan selebrasi di dalam Gor, sesuatu yang jarang dilihat oleh penggemarnya itu membuat para gadis berebut ingin berfoto dengannya . Rosalin meletakkan kertas itu di meja, mengangkat kedua bahunya sambil lalu.
*
Bulan depan akan diadakan acara peringatan Disnatalies sekolah. Semua ketua organisasi dan ekstrakurikuler diminta berkumpul di aula sekolah. Rosalin menemukan kembali Daniel di ruang yang sama dengan dirinya, kali ini Daniel duduk tepat di sampingnya. Karena datang terlambat mengikuti arahan Pak Yohanes Waka Kesiswaan, Daniel berbisik kepada Rosalin untuk meminjam catatannya. "Boleh aku pinjam catatanmu?"
*