Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Bogor

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Transformasi Budaya Bertani

29 April 2022   08:45 Diperbarui: 29 April 2022   10:30 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

berpengaruh pada terbatasnya wawasan. Hal itu tampak dalam budaya bertani yang  dilakukannya secara konvensional dan cenderung trasidional dalam arti dilakukan berdasarkan pengalaman yang diperolehnya secara turun temurun berdasarkan tradisinya.

Lahan garapan usahatani yang relatif sempit kurang dari 0,5 hektare. Bahkan banyak petani yang garapan lahan usahataninya lebih kecil lagi dari 0,5 hektare. Orientasi usahataninya  cenderung hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri (subsisten). Kalaupun ada yang menjual hasil, itu adalah sisa konsumsi.

Komoditas utama yang diusahakan di sawah biasanya fokus pada tanaman yang menjadi sumber bahan pangan pokok seperti misalnya padi. Lahan pekarangan ditanami tanaman sayuran, atau buah-buahan beberapa pohon. Di antaranya ada juga yang memelihara ternak. Namun semua jenis komoditas di luar bahan pangan pokok itu hanya diusahakan sebagai sampingan.

  Senyum petani memasuki masa tandur (Sumber: Jefri_Pradewa dalam Info Blora)
  Senyum petani memasuki masa tandur (Sumber: Jefri_Pradewa dalam Info Blora)

Budaya bertani di lingkungan petani dilakukan sendiri-sendiri, demikian juga keputusan dalam menentukan jenis komoditas yang diusahakan, kapan waktu tanam, dan kepada siapa kalau akan menjual hasil tanamannya diputuskan sendiri oleh petani. Tidak melibatkan petani lainnya.

Keberadaan kelembagaan kelompoktani belum berjalan efektif dalam mendukung kinerja budidaya pertanian. Motivasi pembentukan kelompoktani lebih banyak dilakukan untuk merespons bantuan pemerintah, yang menjadi persyaratan administratif. Akibat belum efektifnya kelembagaan kelompoktani ditunjukkan oleh relatif lemahnya bargaining position dalam pemasaran produk pertanian.

Jika tidak segera menindaklanjutinya dengan langkah-langkah strategis dan terencana dengan baik, diperkirakan perekonomian masyarakat pertanian dan pedesaan Indonesia akan mengalami kemunduran.

Langkah Strategis Transformasi Budaya Bertani

Transformasi budaya bertani tidak akan berjalan dengan sendirinya secara alamiah. Petani terkadang tidak sadar akan potensi yang ada, baik yang dimilikinya sendiri maupun yang ada di lingkungannya yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja usahataninya. Diperlukan sentuhan yang humanis agar petani menyadari potensinya untuk berubah kearah yang lebih baik.

Pertama, mendorong perubahan pola pikir atau mindset dalam bertani. Bahwa bertani dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan menuju perbaikan  kesejahteraan. Dapat dilakukan melalui bimbingan teknologi dan pendampingan, melibatkan narasumber yang kompeten dalam usaha tani.

Kedua,  menyediakan fasilitas logistik sarana produksi usaha tani yang memadai dan adaptif sesuai dengan kondisi biofisik dan karekteristik petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun