Mohon tunggu...
Rachmat Djarot
Rachmat Djarot Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konsep Gaya Bank: Indoktrinatif dan Menindas dalam Pendidikan Seni

18 April 2016   06:11 Diperbarui: 18 April 2016   07:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gagasan kata orang, mustahil mekar kalau digembok dalam kandang. Gagasan hanya bisa tumbuh dewasa bila dilepas keluyuran seperti ayam kampung, gagasan pun konon niscaya mengalami padu-padan jika sasarannya adalah penemuan yang berguna bagi kemanusiaan (Omi Intan Naomi, 2015). Seluruh peserta dalam proses berpikir, temasuk semua komponen yang dipakai untuk mengubah gagasan, hanya menghasilkan manfaat bila bersekutu atau berserikat.

Sementara pendidikan gaya bank membius dan mematikan daya kreatif, maka memandang peserta didik sebagai mahluk yang bebas untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya yang akan memberikan kesempatan kepadaNya untuk mengembangkan sesuai dengan minat dan potensi mereka, maka konsep pendidikan yang sinkron dengan pengembangan minat dan bakat mereka adalah konsep pendidikan humanis. 

Peserta didik adalah pribadi unik yang memiliki kemampuan dan kebutuhan untuk mengekspresikan diri atau menyatakan diri. Pendidikan seni dapat memberikan kontribusi, yaitu dengan maksud memberikan ruang berekspresi dalam pengembangan potensi kreatif dan imajinasi. Pada sekolah misalnya, sekolah memberikan ruang ekspresi diri artinya memberikan wahana untuk mengungkapkan keinginan, perasaan pikiran melalui berbagai bentuk aktivitas sesuai dengan pilihan masing masing individu sehingga menimbulkan kesenangan dan kepuasaan pribadi masing masing dan bertanggung jawab atas pilihan pilihan mereka sendiri. 

Pendidik dalam pembelajaran adalah memberikan pengalaman yang dapat merangsang munculnya ekspresi pribadi pada peserta didik, dengan cara memberikan beragam pengalaman dan membantu peserta didik untuk mengingat pengalaman pribadinya yang tersembunyi, dengan contoh yaitu memberikan motivasi dan merangsang motif kreasi ekspresif peserta didik agar dapat mandiri, bertanggung jawab dan terciptanya situasi dan kondisi yang bebas dalam menentukan pilihannya.

Dalam hal ini, peserta didik menjadi sebuah aktor dalam metode pengajaran dalam konsep pendidikan seni, karena peserta didik akan memahami hidupnya dalam keterlibatan dalam proses berkarya, dengan maksud peserta didik sebagai aktor bukan hanya sebagai pengamat dalam pengajaran pendidikan seni.  Dalam proses pengajaran ini juga, pengetahuan tentang seni tidak dilimpahkan melainkan ditawarkan yaitu peserta didik mengadakan suatu dialog dengan pendidik maka pengetahuan yang diberikan kepada peserta didik harus menjadi pengalaman pribadi pendidik tersebut. 

Peran pendidik harus memberikan kebebasan kepada peserta didik memilih dan memberi mereka pengalaman pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka (peserta didik) bukan berati peserta didik boleh melakukan apa saja yang mereka suka. Pendidik menanyakan tentang ide ide yang dimiliki oleh para peserta didik dan mengajukan ide ide lain kemudian membimbing mereka untuk memilih alternative alternative, sehingga mereka melihat bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia melainkan dipilih oleh manusia. Pendidik harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berpikir kritis.

Konsep pendidikan gaya bank menolak dialog, sementara konsep pendidikan humanis menganggap dialog adalah sebagai prasyarat bagi laku pemahaman untuk menguak realitas. Pendidikan gaya bank memperlakukan peserta didik sebagai obyek yang harus ditolong, sementara pendidikan humanis, menjadikan mereka pemikir yang kritis dan menjadikan peserta didik sebagai subyek dalam rana pendidikan ini. 

Pendidika gaya bank menghalang halangi kreativitas dan menjinakkan kesadaran dengan cara mengisolasi kesadaran itu terhadap dunia. Pendidikan humanis mendasari dirinya atas kreativitas serta mendorong refleksi dan tindakan yang benar atas realitas, dan dengan cara itu menjadi peserta didik yang ideal jika terlibat dalam pencarian dan perubahan yang mengarah pada hal hal kreatif. Singkatnya teori dan praktik pendidikan gaya bank , sebagai kekuatan yang membelenggu dan menekan, tidak menampilkan manusia sebagai mahluk yang bebas mentukan pilihannya sendiri.   

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun