Sebagai acuan dan tiruan seperti ini akibat berakibat kepada peserta didik selanjutnya yang telah menjadi pendidik, karena mereka (peserta didik) mempunyai acuan dan tiruan sebelumnya dan akhirnya akan menghasilkan kembali pola pola pendidikan yang indoktrinatif dan menindas, apapun alasannya adalah tidak manusiawi.
Secara sederhana dapat kita lihat merasakan dalam lingkungan formal pola-pola konsep pendidikan gaya bank yaitu pendidik sebagai pusat dari segala macam peristiwa contohnya dalam proses mengajar, berpikir, bicara, mengatur, bertindak, dan memilih apa yang di ajarkan. Sistem pendidikan seperti ini menjadikan peserta didik menjadi seperti orang lain, bukan menjadi dirinya sendiri.
Pengaruh Konsep pendidikan Gaya Bank dalam Pendidikan Seni
Di Indonesia sendiri pendidikan seni merupakan istilah yang diadopsi dari art education (yang mulanya berkembang di Amerika) dengan makna yg tidak terlalu ketat karena bergantung pada kepentingan, jenis, dan bentuk pendidikannya (A.J. Soehardjo, 2012). Di sekolah umum, pendidikan seni merupakan salah satu mata pelajaran yang mengisi kurikulum kesekolahan, disamping Pendidikan Agama, Pancasila, Matematika, dan Bahasa Indonesia.Â
Tujuan pendidikan seni adalah menumbuhkan kemampuan mengapresiasi seni dan budaya bagi peserta didik. Melalui pendidikan seni diharapkan pula siswa dapat dibantu perkembangan fisik psikisnya secara seimbang serta dapat memanfaatkan pengalamannya untuk bekomunikasi dalam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.
Pemberian pengalaman estetik sebagai esensi pendidikan seni merupakan sarana yang bermakna dan bermanfaat dalam upaya menemukan nilai nilai kehidupan melalui karya seni. Pengalaman estetik oleh John Dewey dianggap sebagai sesuatu yang memberikan kegairahan dan menimbulkan pengalaman khas dalam kehidupan. Pengalaman estetik dalam pendidikan seni diberikan melalui kegiatan apresiasi (penghargaan, penanggapan) dan kreasi (penciptaan). Di dalam kedua kegiatan tersebut terkandung aspek ekspresi (penjiwaan) (M. Jazuli, 2008).Â
Pada konsep pendidikan gaya bank menggunakan pola vertikal dalam mentransfer ilmu pengetahuan yaitu mereka (pendidik) yang mengangap dirinya berpengetahuan kepada mereka (peserta didik) yang dianggap kurang memiliki pengetahuan apa-apa. Pendidik menampilkan diri di hadapan peserta didik sebagai orang yang berada pada pihak yang berlawanan (peserta didik yang kura pengetahuan/pengalaman).Â
Hal ini dapat mempengaruhi mental peserta didik dalam hal pengalaman estetik ini karena tidak menutup kemungkinan peserta didik mempunyai pengalaman estetik yang kurang dibanding pendidik, tiap tiap manusia mempunyai pengalaman estetik yang berbeda beda. Tidaklah mengherankan jika konsep pendidikan gaya bank memandang peserta didik sebagai mahluk yang gampang diatur, hal ini dapat berdampak pada kurangnya kesadaran kritis pada peserta didik terhadap kesadaran mereka dalam keterlibatan dalam pendidikan formal yang cenderung menyesuaikan diri dengan apa adanya.
Mereka yang menggunakan pendekatan gaya bank ini, secara sadar atau tidak sadar tidak memahami bahwa pengetahuan yang mereka tanamkan itu berisi kontradiksi dengan realitas. Tetapi, cepat atau lambat, kontradiksi tersebut pada akhirnya akan mengarahkan peserta didik yang semula pasif dalam berproses karya seni untuk berbalik berusaha menjinakkan realitas.Â
Mereka akan memahami lewat hubungan mereka dengan realitas bahwa realitas itu adalah sebuah proses, mengalami perubahan secara terus menerus. Jika pendidik adalah pejuang dan menyakini bahwa tujuannya adalah humanisasi, maka cepat atau lambat pendidik akan menyadari kontradiksi yang dipertahankan melalui pendidikan gaya bank bagi mereka, dan kemudian melibatkan diri ke dalam perjuangan pembebasan diri mereka dalam konsep pendidikan gaya bank ini. Usaha usaha yang dijalankannya harus berlangsung di tengah tengah peserta didik agar mereka terlibat dalam pemikirin kritis dan daya kreatifnya serta usaha-usaha ke arah humanisasi satu sama lain.Â
Untuk mencapai hal tersebut, pendidik mesti menjadi seorang rekan bagi peserta didik pada saat berhubungan dengan mereka. Konsep dan teori gaya bank tidak akan memungkinkan hubungan kesetiakawanan seperti itu, hal ini merampas hak mereka untuk memiliki tujuan sendiri dan memang harus demikian karena tujuan tujuan pendidikan gaya bank ini yaitu melumpuhkan pikiran, contohnya pelajaran-pelajaran verbalistik, bahan bacaan yang telah ditentukan, metode metode untuk menilai hasil karya dari peserta didik, jarak antara pendidik dan peserta didik, dan ukuran ukuran dari hasil karya peserta didik.Â