Sambil meremas erat pinggiran pakaianku, aku berusaha menenangkan diri dan berpikir bahwa mungkin hanya hasil dari kelelahan panjang yang menyelinap ke dalam imajinasiku.
Di tengah hujan deras ini, aku berlindung di bangunan proyek yang masih belum rampung. Sudah beberapa jam aku duduk di sudut gelap ini, merasakan tetesan air yang jatuh dari atap yang bocor. Aku hanya seorang kuli, terbiasa dengan kerja keras dan cuaca buruk.
Namun, keadaanku berubah saat pandanganku tertuju pada kamar mandi yang gelap di pojok bangunan. Aku melihat sesuatu yang membuat jantungku berhenti sejenak.
Kepala dengan rambut panjang yang basah berdiri tegak di pintu kamar mandi yang setengah terbuka. Wajahnya sangat mengerikan---kulitnya pucat, mata kosong tanpa pupil, dan senyumnya yang tidak manis sama sekali.
Ketakutan merambat dalam diriku, tapi rasa ingin tahuku menang. Aku merasa seolah-olah ada kekuatan yang menarikku ke arah kamar mandi tersebut. Langkahku gemetar, tetapi aku tetap maju, melewati tetesan air dan dingin yang menusuk tulang.
Ketika aku semakin dekat, hantu itu melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya mengambang di udara tanpa berat, dan pandangannya menusuk jiwaku. Aku merasa kedinginan dan panik, terjebak dalam pesona mengerikan yang tak dapat kuhindari.
Hantu itu perlahan-lahan mendekatiku, senyumnya semakin melebar. Bunyi napasnya yang parau merasuk ke dalam pikiranku, penuh dengan kegelapan dan malapetaka. Aku ingin berteriak, berlari menjauh, tetapi tubuhku tidak merespons.
Saat aku berbaring lemah di lantai, gelap mulai meresap dalam diriku. Tiba-tiba, suara bergema di ruangan---sebuah suara lembut dan menyeramkan.
"Namaku Mariana," ujar hantu itu dengan suara serak yang menggigilkan tulang. "Aku sudah lama berada di tempat ini, menunggu seseorang yang akan datang dan menemui akhirnya."
Aku mencoba membuka mulutku, tapi suara hanya keluar dalam bisikan lemah. "M-Mariana?"
"Ya," sahut hantu itu secara sinis, suaranya mencerminkan kekecewaan dan keputusasaan. "Aku dulu hidup di kota ini, mengalami kebahagiaan dan penderitaan seperti manusia lainnya."