Interfaith Dialgue
Mengawas di luar sekolah dimana kita mengajar juga memberi peluang untuk terjadinya Interfaith Dialogue secara tidak 'terasa'.  Interfait Dialog  atau dialog antar agama terjadi ketika si pengawas memiliki perbedaan habit, culture, keyakinan/agama yang berbeda dengan dekolah dimana dia bertugas mengawas.Â
Pengawas yang berasal dari sekolah yang punya bckgroun Muslim misalnya,mengawas di sekolah yang bckground Kristen, atau Hindu,atau Buddha, atau sebaliknya,  maka disitulah akan terjadi Interfaith dialogue secara tidak terasa. Pengawas yang beragama Islam dengan simbol keislamannya misalnya pake peci, berbaju koko  mengawas di  sekolah yang memiliki Nilai-nilai agama kristen, Hindu atau Budha yang tentu saja mayoritas peserta didiknya adalah umat Kristen, Hindu atau Buddha diperlakukan dengan sangat terhormat, begitu juga sebaliknya.Â
Parapengawas bisa mendengar doa sebelum memulai belajar yang dilantunkan seluruh peserta USBN yang berbeda dengan agamanya. Para pengawas dapat melihat cara berbusana peserta USBN yang berbeda dengan sekolah dimana mereka mengajar. Para pengawas bisa melihat banyak ornamen, gambar, patung, tulisan di dinding  yang berbeda dengan yang ada di sekolahnya. Â
Disitulah terjadi Interfaih Dialogue yang tak terasa. Pengawas minimal berdialog dengan dirinya sendiri  soal keyakinan agamnya, dan berusaha menghormati keyakinan orang lain. Dari sinilah mudah-mudahan terjadi sikap  saling menghormati,menghargai keyakinan agama orang lain. Selamat mengawas...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H