Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengawas USBN dan "Interfaith Dialogue"

14 April 2018   14:06 Diperbarui: 14 April 2018   14:23 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak tanggal   09 April 2018 untuk pertamakalinya Ujian Sekolah Berstandar Nasional  (USBN) sudah dimulai di laksanakan menggantikan UAS di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. Yang menarik, Pengawas USBN kali ini bukan guru atau tenaga pengajar  dari dalam sekolah masing-masing, melainkan guru dari sekolah lain. 

Berdasar surat edaran No: 0093/SDAR/BSNP/III/2018  dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) tentang Revsi POS USBN Tahun pelajaran  2017/2018 ,  Pengawas USBN  di tingkat SMP ditetapkan dengan sistem silang antar satuan pendidikan pada jenjang yang sama,dalam satu zona (kluster) KKG/MGMP/Forum Tutor. 

Dalam hal pengawasan dengan sistem silang tidak  dapat dilaksanakan, pengawas ruang dilakukan oleh guru yang mata pelajarannya sedang tidak diujikan.  Sistem silang antar satuan pendidikan pada jenjang yang sama dipahami  maksudnya adalah, tiap sekolah,misalnya jenjang SMP, pengawas USBN nya bukan dari dalam  lingkup sekolahnya ,  namun dari SMP lain yang satu Zona. Sehingga terjadi pertukaran/silang Pengawas USBN.  

Persiapan Yang di lakukan Sekolah

Untuk melaksanakan USBN sesuai dengan POS USBN, Sejumlah persiapan dilakukan oleh sekolah penyelenggara USBN antara lain: Berkoordinasi dengan Lembaga terkait (Dinas Pendidikan, MGMP), Pembentukan Panitia USBN,  Penetapan Petugas Pengawas USBN, Penataan ruang terkait USBN, Penataan kerapihan, kebersihan sekolah secara umum,  dan sosialisasi aturan mengawas USBN bagi petugas.  

Panitia USBN biasanya di ketuai oleh Kepala Sekolah Sendiri dibantu oleh Para Pembantu Kepala Sekolah, Guru dan Staff TU. Secara umum panitia   USBN bertugas untuk mempersiapkan segala yang terkait dengan pelaksanaan USBN, Berkoordinasi, bersinergi, dan melaksanakan secara teknis dilapangan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.  

Secara Khusus Panitia penyelenggara USBN menetapkan Petugas Pengawas USBN dan memberikan pembekalan berupa konsep dan teknis tugas Pengawas USBN.  Menjelang hari pelaksanaan, Hampir seluruh sudut ruang sekolah di tata, dirapihkan,  dibersihkan dan ruang-ruang yang hendak digunakan terkait USBN  diberikan identitas dan penomoran.  

Dokpri
Dokpri
Hal ini dilakukan selain karena untuk memberikan kenyamananan dan  suasana tertib  bagi peserta USBN,  juga karena Pengawas USBN nya berasal dari luar sekolah, tentu ingin memberikan kesan yang baik bagi para pengawas USBN itu.  untuk biaya transport pengawas USBN, tidak dibebankan pada sekolah dimana Para pengawas USBN mengawas, tapi dibebankan pada sekolah yang mengirimkan Pengawas USBN. Sekolah yang USBN nya diawasi petugas, hanya menyiapkan konsumsi sesuai dengan kebijaksanaan masing-masing.

Mengawas di Sekolah lain

Petugas Pengawas USBN umumnya adalah guru di suatu satuan sekolah yang ditugaskan. Karena Mengawas USBN diluar sekolah dimana biasa mengajar,   mengawas USBN kali ini bisa dijadikan sebagai ajang silaturahim dengan pihak sekolah dimana dia mengawas,  juga dengan petugas pengawas yang berasal dari seokolah yang berbeda. 

Saat mengawas di sekolah yang bukan biasa kita mengajar, maka kita akan secara langsung atau tidak langsung mengenal  pimpinan dan staff di sekolah itu, melihat dan mengenal bangunan fisik sekolahnya, melihat  habit, karakter peserta didiknya, dan tentu antar pengawas dapat saling mengenal dengan guru-guru yang sedang bertugas mengawas dari sekolah lain. Secara tidak langsung kadang seperti sedang study banding. Membandingkan sekolah yang diawas dengan sekolah dimana pengawas mengajar.

Interfaith Dialgue

Mengawas di luar sekolah dimana kita mengajar juga memberi peluang untuk terjadinya Interfaith Dialogue secara tidak 'terasa'.  Interfait Dialog  atau dialog antar agama terjadi ketika si pengawas memiliki perbedaan habit, culture, keyakinan/agama yang berbeda dengan dekolah dimana dia bertugas mengawas. 

Pengawas yang berasal dari sekolah yang punya bckgroun Muslim misalnya,mengawas di sekolah yang bckground Kristen, atau Hindu,atau Buddha, atau sebaliknya,  maka disitulah akan terjadi Interfaith dialogue secara tidak terasa. Pengawas yang beragama Islam dengan simbol keislamannya misalnya pake peci, berbaju koko  mengawas di  sekolah yang memiliki Nilai-nilai agama kristen, Hindu atau Budha yang tentu saja mayoritas peserta didiknya adalah umat Kristen, Hindu atau Buddha diperlakukan dengan sangat terhormat, begitu juga sebaliknya. 

Parapengawas bisa mendengar doa sebelum memulai belajar yang dilantunkan seluruh peserta USBN yang berbeda dengan agamanya. Para pengawas dapat melihat cara berbusana peserta USBN yang berbeda dengan sekolah dimana mereka mengajar. Para pengawas bisa melihat banyak ornamen, gambar, patung, tulisan di dinding  yang berbeda dengan yang ada di sekolahnya.  

Disitulah terjadi Interfaih Dialogue yang tak terasa. Pengawas minimal berdialog dengan dirinya sendiri  soal keyakinan agamnya, dan berusaha menghormati keyakinan orang lain. Dari sinilah mudah-mudahan terjadi sikap  saling menghormati,menghargai keyakinan agama orang lain. Selamat mengawas...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun