Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 1 Kota Parepare

Universitas Al-Azhar Mesir Konsentrasi Ilmu Hadis SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsentrasi Ilmu Hadis dan Tradisi Kenabian Anggota MUI Kec. Biringkanaya Makassar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengubah Perilaku Anak dengan Kognitif-Behavioral

11 Agustus 2024   21:53 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang tua dan guru pasti pernah menghadapi tantangan ketika berhadapan dengan anak-anak yang bermasalah, baik dalam hal akademik maupun perilaku. Mulai dari sulitnya konsentrasi di kelas, sikap kurang sopan, hingga kebiasaan buruk seperti merokok atau bahkan terlibat tawuran. Tentu saja, hal ini bukan hanya meresahkan, tetapi juga memerlukan penanganan yang tepat agar anak-anak tersebut dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Namun, pernahkah kita berpikir bahwa mungkin saja masalah ini bukan sekadar soal perilaku, tetapi juga bagaimana anak-anak tersebut berpikir? Ya, ada pendekatan yang disebut dengan Kognitif-Behavioral yang dapat membantu kita memahami dan mengubah perilaku anak dengan cara yang lebih efektif dan mendalam. Melalui pendekatan ini, kita bisa melihat bahwa di balik setiap perilaku anak, terdapat pola pikir yang mendasarinya, dan di sinilah kita bisa mulai membuat perubahan.

Pendekatan Kognitif-Behavioral, atau sering disebut Cognitive Behavioral Approach, adalah sebuah metode yang menggabungkan dua elemen penting: pemikiran (kognitif) dan tindakan (behavioral). Dalam konteks ini, kita diajak untuk memahami bahwa pikiran dan keyakinan seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka bertindak. Jika anak-anak memiliki pola pikir yang negatif atau tidak realistis, hal ini bisa tercermin dalam perilaku mereka yang kurang baik, seperti menolak belajar, sering melanggar aturan, atau bahkan terlibat dalam kebiasaan buruk seperti merokok.

Bayangkan jika kita bisa membantu anak-anak ini mengubah cara mereka berpikir. Misalnya, daripada mereka berpikir, "Saya tidak mungkin bisa berhasil, jadi untuk apa saya mencoba?", kita bisa mengarahkan mereka untuk berpikir, "Dengan usaha yang tepat, saya pasti bisa mencapai sesuatu yang lebih baik." Perubahan sederhana dalam pola pikir ini dapat membawa dampak besar pada perilaku mereka. Anak yang tadinya malas belajar bisa menjadi lebih termotivasi, atau anak yang sering terlibat masalah bisa mulai mencari cara lain untuk mengekspresikan diri secara positif.

Pendekatan ini bekerja dengan cara yang sangat praktis dan terstruktur. Kita tidak hanya memberi tahu anak-anak untuk "berpikir positif," tetapi juga membantu mereka memahami mengapa pemikiran mereka bisa salah dan bagaimana menggantinya dengan pemikiran yang lebih konstruktif. 

Lebih dari itu, kita juga mendampingi mereka dalam menerapkan perubahan ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka bisa melihat sendiri bagaimana perubahan dalam cara berpikir mereka membawa perbaikan dalam tindakan dan keputusan mereka. Inilah yang membuat pendekatan Kognitif-Behavioral begitu efektif dan relevan, terutama dalam menghadapi tantangan yang kita hadapi sebagai pendidik atau orang tua.

Sebagai pembaca, mungkin Anda mulai berpikir, "Bagaimana saya bisa menerapkan ini pada anak-anak di sekitar saya?" Jangan khawatir, karena dalam artikel ini kita akan menjelajahi lebih dalam bagaimana langkah-langkah praktis dari pendekatan ini bisa diaplikasikan, baik di rumah maupun di sekolah, untuk membantu anak-anak mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik.

Mengapa pendekatan ini begitu efektif? Mari kita bayangkan sebuah skenario sederhana. Ketika seorang anak terus-menerus merasa gagal di sekolah, ia mungkin mulai mengembangkan keyakinan bahwa ia tidak cukup pintar atau bahwa usahanya tidak akan pernah cukup. 

Keyakinan ini, jika dibiarkan, bisa menjadi penghalang besar dalam proses belajar dan perkembangan pribadi anak tersebut. Nah, inilah kelebihan dari pendekatan Kognitif-Behavioral: ia tidak hanya berusaha mengubah perilaku di permukaan, tetapi juga menyasar akar masalah---yaitu pola pikir yang mendasari perilaku tersebut.

Pendekatan ini efektif karena berfokus pada dua hal penting: mengidentifikasi dan mengubah pemikiran yang tidak sehat, serta menghubungkannya dengan perilaku yang ingin kita ubah. Dengan kata lain, pendekatan ini membantu anak-anak memahami bahwa apa yang mereka pikirkan sangat memengaruhi apa yang mereka lakukan. Ketika mereka menyadari hal ini, mereka mulai memahami bahwa mereka memiliki kendali atas tindakan mereka dengan mengubah cara berpikir mereka. Ini adalah proses yang memberdayakan, di mana anak-anak belajar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengubah hidup mereka sendiri.

Selain itu, pendekatan Kognitif-Behavioral juga memberikan alat praktis yang bisa digunakan sehari-hari. Misalnya, anak-anak diajarkan untuk mengenali pola pikir negatif mereka dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif dan realistis. Mereka juga dilatih untuk melihat dampak dari pemikiran mereka terhadap tindakan yang mereka ambil. Ini bukan sekadar teori, tetapi keterampilan yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, baik di sekolah, di rumah, maupun dalam interaksi sosial mereka.

Pendekatan ini juga memungkinkan keterlibatan aktif dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Misalnya, seorang guru bisa bekerja sama dengan anak untuk mengevaluasi bagaimana pikiran tertentu mungkin memengaruhi perilaku anak di kelas. Dari situ, mereka bisa merancang strategi bersama untuk mengubah pemikiran dan perilaku tersebut. Hasilnya, anak-anak tidak hanya belajar untuk mengatasi masalah mereka sendiri, tetapi juga merasa didukung dan dipahami oleh orang-orang di sekitar mereka.

Dengan cara ini, pendekatan Kognitif-Behavioral memberikan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan, bukan hanya memperbaiki perilaku sesaat tetapi juga membantu anak-anak membangun fondasi mental yang kuat untuk masa depan mereka. Ini adalah proses yang penuh harapan, dan ketika diterapkan dengan konsisten, bisa membawa perubahan nyata dalam kehidupan anak-anak yang kita cintai dan bimbing.

Sekarang, mari kita bahas bagaimana langkah-langkah praktis dari pendekatan Kognitif-Behavioral bisa diterapkan di sekolah. Langkah pertama yang sangat penting adalah Identifikasi Pola Pikir yang Salah. Mengapa ini penting? Karena sebelum kita bisa membantu anak-anak mengubah perilaku mereka, kita harus terlebih dahulu memahami cara mereka berpikir. Pola pikir yang salah atau tidak sehat sering kali menjadi akar dari berbagai masalah perilaku.

Misalnya, bayangkan seorang siswa yang selalu menunda-nunda tugasnya. Alih-alih hanya memarahi atau memberi hukuman, coba ajak anak tersebut berbicara secara mendalam. Tanyakan, "Apa yang membuatmu merasa enggan untuk mulai mengerjakan tugas ini?" Mungkin jawabannya akan mengejutkan Anda. Siswa tersebut mungkin mengungkapkan bahwa dia merasa takut gagal, atau berpikir bahwa tidak ada gunanya mencoba karena dia selalu mendapatkan nilai rendah.

Dalam pendekatan Kognitif-Behavioral, tugas kita sebagai pendidik adalah menggali lebih dalam dan menemukan keyakinan atau pemikiran yang salah tersebut. Apakah anak merasa tidak cukup pintar? Apakah dia percaya bahwa usahanya tidak akan dihargai? Identifikasi ini sangat penting karena membantu kita memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran anak, yang mungkin tidak selalu tampak di permukaan.

Setelah pola pikir yang salah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah membantu anak mengenali bahwa pola pikir tersebut tidak selalu benar atau membantu. Misalnya, jika seorang siswa berpikir bahwa dia "selalu gagal," kita bisa menunjukkan padanya bukti bahwa itu tidak sepenuhnya benar. Mungkin ada momen-momen di mana dia berhasil, namun dia tidak menyadarinya karena terlalu fokus pada kegagalan.

Dengan membawa pola pikir yang salah ini ke permukaan, kita memberi anak kesempatan untuk melihatnya secara objektif. Ini adalah langkah awal yang penting dalam mengubah cara berpikir mereka, dan pada gilirannya, membantu mereka mengubah perilaku mereka menjadi lebih positif dan produktif.

Langkah ini mungkin tampak sederhana, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Ketika anak-anak mulai memahami bahwa mereka bisa mengendalikan pikiran mereka, mereka juga mulai merasa lebih mampu mengendalikan tindakan mereka. Ini adalah perubahan yang mendasar dan bisa menjadi titik balik yang sangat berarti dalam perjalanan belajar mereka.

Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya mengajar anak-anak untuk mematuhi aturan, tetapi juga membantu mereka memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik. Dan pada akhirnya, inilah yang akan membuat mereka menjadi individu yang lebih kuat dan mandiri, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Setelah berhasil mengidentifikasi pola pikir yang salah, langkah berikutnya dalam penerapan pendekatan Kognitif-Behavioral di sekolah adalah Melatih Pemikiran Alternatif yang Positif. Ini adalah langkah krusial yang membantu anak-anak menggantikan keyakinan atau pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih konstruktif dan memberdayakan.

Pikirkanlah, setelah seorang siswa menyadari bahwa ia sering kali berpikir bahwa ia "tidak cukup pintar" atau "tidak akan pernah berhasil," kita bisa membantunya untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, kita bisa mengajaknya merenungkan pengalaman-pengalaman kecil di mana ia berhasil atau merasa bangga dengan usahanya, tidak peduli seberapa sederhana pencapaian itu. Langkah ini bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa ada banyak cara lain untuk melihat suatu masalah atau tantangan, cara yang lebih positif dan realistis.

Sebagai contoh, jika seorang siswa terus-menerus berpikir bahwa ia pasti akan gagal dalam ujian, ajak dia untuk mempertimbangkan alternatif lain: "Bagaimana jika kamu bisa mengatur waktu belajarmu dengan lebih baik, dan mencoba mengerjakan soal-soal latihan lebih sering? Bukankah itu bisa membantumu merasa lebih siap dan mungkin saja berhasil?" Dengan latihan yang konsisten, siswa ini akan mulai melihat bahwa ada banyak cara untuk menghadapi tantangan, dan bahwa hasil yang positif mungkin saja dicapai.

Penting bagi kita sebagai guru untuk mendampingi anak-anak dalam proses ini. Ini bisa dilakukan melalui diskusi satu lawan satu, kelompok kecil, atau bahkan melalui kegiatan kelas yang mendorong pemikiran kritis dan refleksi diri. Melalui kegiatan ini, kita membantu anak-anak menggantikan pola pikir yang destruktif dengan pola pikir yang lebih sehat dan produktif.

Latihan ini tidak hanya melibatkan memberikan pemikiran alternatif, tetapi juga membimbing anak untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri. Kita bisa memberikan contoh-contoh dari kehidupan nyata, baik dari pengalaman pribadi kita atau dari tokoh-tokoh inspiratif, yang berhasil mengatasi tantangan besar dengan mengubah cara mereka berpikir. Cerita-cerita ini bisa menjadi motivasi yang kuat bagi anak-anak untuk mulai percaya bahwa mereka pun bisa berubah dan berhasil.

Lebih jauh lagi, latihlah anak-anak untuk mengulang-ulang pemikiran positif ini dalam situasi sehari-hari. Misalnya, jika seorang siswa merasa cemas sebelum presentasi di depan kelas, ingatkan dia untuk berpikir, "Saya sudah mempersiapkan diri dengan baik, dan saya akan melakukan yang terbaik." Pengulangan ini membantu memperkuat keyakinan baru yang lebih positif dan lambat laun menggeser pemikiran lama yang negatif.

Dengan terus melatih pemikiran alternatif yang positif, kita tidak hanya membantu anak-anak dalam jangka pendek, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting yang bisa mereka gunakan sepanjang hidup. Mereka akan belajar bahwa tantangan dan kesulitan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk berkembang dan menjadi lebih kuat. Dan ini, pada akhirnya, akan membantu mereka menjadi individu yang lebih resilien dan percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi hidup.

Langkah berikutnya yang tak kalah penting dalam menerapkan pendekatan Kognitif-Behavioral di sekolah adalah Penguatan Positif dan Refleksi. Setelah anak-anak mulai mencoba pemikiran alternatif yang lebih positif, kita perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan dan umpan balik yang membangun, sehingga mereka merasa termotivasi untuk terus melanjutkan perubahan tersebut.

Penguatan positif adalah kunci dalam langkah ini. Setiap kali seorang siswa berhasil menerapkan pemikiran positif dan menunjukkan perubahan perilaku, kita sebagai guru atau orang tua harus segera memberikan apresiasi. Apresiasi ini bisa berupa pujian sederhana, penghargaan kecil, atau bahkan sekadar senyuman dan kata-kata penyemangat. Misalnya, ketika seorang siswa yang biasanya cemas saat ujian akhirnya mampu menghadapinya dengan tenang dan mendapatkan hasil yang lebih baik, berikan pujian seperti, "Lihat, usaha keras dan perubahan cara berpikir kamu benar-benar membuahkan hasil!"

Tindakan-tindakan positif ini akan memperkuat keyakinan siswa bahwa mereka berada di jalur yang benar. Penguatan positif tidak hanya memperkuat perilaku yang diinginkan tetapi juga membantu siswa merasa dihargai dan didukung dalam upaya mereka untuk berubah. Ini akan membuat mereka lebih mungkin untuk terus mencoba dan memperbaiki diri.

Selain penguatan positif, refleksi juga memainkan peran penting dalam proses ini. Setelah melalui sebuah pengalaman, ajak siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana perubahan pemikiran mereka memengaruhi hasil yang mereka peroleh. Misalnya, setelah presentasi di kelas yang berjalan lancar, kita bisa bertanya, "Apa yang membuat kamu bisa mengatasi rasa gugup kali ini? Apa yang berbeda dari cara berpikir kamu?"

Dengan mengajak anak-anak untuk melakukan refleksi seperti ini, mereka akan lebih menyadari hubungan antara pemikiran dan perilaku mereka. Mereka juga akan mulai memahami bahwa perubahan positif ini tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil dari usaha dan pemikiran yang mereka bangun. Refleksi ini membantu memperdalam pemahaman mereka tentang proses perubahan, sehingga mereka bisa mengulanginya dalam situasi lain di masa depan.

Langkah ini juga membuka ruang bagi anak-anak untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka, yang dapat memperkuat rasa keterhubungan dengan guru dan teman-teman mereka. Saat siswa merasa didengar dan dipahami, mereka akan lebih termotivasi untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju perubahan yang lebih baik.

Dengan penguatan positif dan refleksi, kita tidak hanya membantu anak-anak untuk melihat hasil dari usaha mereka, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan ketahanan mental yang kuat. Pada akhirnya, mereka akan belajar bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengubah diri mereka sendiri dengan cara yang positif dan bermakna. Inilah inti dari pendekatan Kognitif-Behavioral---membantu anak-anak memahami bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan dalam kehidupan mereka sendiri.

Pendekatan Kognitif-Behavioral yang kita bahas memiliki kesamaan dengan ajaran Islam yang selalu mendorong perubahan diri ke arah yang lebih baik. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin, dia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, dia adalah orang yang celaka." Hadis ini mengingatkan kita bahwa setiap usaha untuk memperbaiki diri adalah langkah yang berharga dan patut dihargai.

Sebagai pendidik, kita dapat mengambil hikmah dari kisah sahabat Nabi, seperti Abdullah bin Mas'ud, seorang yang dikenal dengan kebijaksanaannya. Pada awalnya, Abdullah bin Mas'ud adalah seorang penggembala domba yang sederhana. Namun, ketika ia mulai mendengarkan ajaran Rasulullah SAW dan merenungkan kebenarannya, ia mengubah cara berpikirnya dan menjadi salah satu sahabat yang paling berpengetahuan dan disegani. Kisahnya menunjukkan bahwa perubahan pola pikir dapat membawa seseorang dari kesederhanaan menuju keagungan, selama ia berani untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Kita juga dapat merujuk pada kisah tokoh lain dari sejarah Islam yang tercatat dalam kutub al-rijal. Misalnya, Imam Malik bin Anas, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Maliki. Imam Malik sejak kecil dikenal sangat tekun dalam belajar, dan meskipun ia menghadapi banyak tantangan, ia tidak pernah berhenti untuk memperbaiki dirinya. Ketekunan dan kesungguhannya dalam mencari ilmu dan merubah diri itulah yang membuatnya menjadi salah satu ulama besar dalam sejarah Islam. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang positif tidak hanya memerlukan pemikiran yang benar, tetapi juga ketekunan dan refleksi yang mendalam.

Pendekatan Kognitif-Behavioral sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk selalu berusaha menjadi lebih baik setiap hari. Ketika kita, sebagai guru atau orang tua, menerapkan pendekatan ini, kita tidak hanya membantu anak-anak mengubah perilaku mereka, tetapi juga membantu mereka menapaki jalan yang lebih baik, yang sejalan dengan prinsip-prinsip agama kita.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membantu anak-anak kita tidak hanya menjadi siswa yang lebih baik, tetapi juga individu yang lebih baik, yang mampu menghadapi tantangan hidup dengan ketenangan dan keyakinan yang kuat. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju perubahan adalah langkah menuju kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita terus mendukung anak-anak kita dalam perjalanan mereka menuju perubahan yang lebih baik, dengan menanamkan nilai-nilai yang kuat, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun