Pikirkanlah, setelah seorang siswa menyadari bahwa ia sering kali berpikir bahwa ia "tidak cukup pintar" atau "tidak akan pernah berhasil," kita bisa membantunya untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, kita bisa mengajaknya merenungkan pengalaman-pengalaman kecil di mana ia berhasil atau merasa bangga dengan usahanya, tidak peduli seberapa sederhana pencapaian itu. Langkah ini bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa ada banyak cara lain untuk melihat suatu masalah atau tantangan, cara yang lebih positif dan realistis.
Sebagai contoh, jika seorang siswa terus-menerus berpikir bahwa ia pasti akan gagal dalam ujian, ajak dia untuk mempertimbangkan alternatif lain: "Bagaimana jika kamu bisa mengatur waktu belajarmu dengan lebih baik, dan mencoba mengerjakan soal-soal latihan lebih sering? Bukankah itu bisa membantumu merasa lebih siap dan mungkin saja berhasil?" Dengan latihan yang konsisten, siswa ini akan mulai melihat bahwa ada banyak cara untuk menghadapi tantangan, dan bahwa hasil yang positif mungkin saja dicapai.
Penting bagi kita sebagai guru untuk mendampingi anak-anak dalam proses ini. Ini bisa dilakukan melalui diskusi satu lawan satu, kelompok kecil, atau bahkan melalui kegiatan kelas yang mendorong pemikiran kritis dan refleksi diri. Melalui kegiatan ini, kita membantu anak-anak menggantikan pola pikir yang destruktif dengan pola pikir yang lebih sehat dan produktif.
Latihan ini tidak hanya melibatkan memberikan pemikiran alternatif, tetapi juga membimbing anak untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri. Kita bisa memberikan contoh-contoh dari kehidupan nyata, baik dari pengalaman pribadi kita atau dari tokoh-tokoh inspiratif, yang berhasil mengatasi tantangan besar dengan mengubah cara mereka berpikir. Cerita-cerita ini bisa menjadi motivasi yang kuat bagi anak-anak untuk mulai percaya bahwa mereka pun bisa berubah dan berhasil.
Lebih jauh lagi, latihlah anak-anak untuk mengulang-ulang pemikiran positif ini dalam situasi sehari-hari. Misalnya, jika seorang siswa merasa cemas sebelum presentasi di depan kelas, ingatkan dia untuk berpikir, "Saya sudah mempersiapkan diri dengan baik, dan saya akan melakukan yang terbaik." Pengulangan ini membantu memperkuat keyakinan baru yang lebih positif dan lambat laun menggeser pemikiran lama yang negatif.
Dengan terus melatih pemikiran alternatif yang positif, kita tidak hanya membantu anak-anak dalam jangka pendek, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting yang bisa mereka gunakan sepanjang hidup. Mereka akan belajar bahwa tantangan dan kesulitan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk berkembang dan menjadi lebih kuat. Dan ini, pada akhirnya, akan membantu mereka menjadi individu yang lebih resilien dan percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi hidup.
Langkah berikutnya yang tak kalah penting dalam menerapkan pendekatan Kognitif-Behavioral di sekolah adalah Penguatan Positif dan Refleksi. Setelah anak-anak mulai mencoba pemikiran alternatif yang lebih positif, kita perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan dan umpan balik yang membangun, sehingga mereka merasa termotivasi untuk terus melanjutkan perubahan tersebut.
Penguatan positif adalah kunci dalam langkah ini. Setiap kali seorang siswa berhasil menerapkan pemikiran positif dan menunjukkan perubahan perilaku, kita sebagai guru atau orang tua harus segera memberikan apresiasi. Apresiasi ini bisa berupa pujian sederhana, penghargaan kecil, atau bahkan sekadar senyuman dan kata-kata penyemangat. Misalnya, ketika seorang siswa yang biasanya cemas saat ujian akhirnya mampu menghadapinya dengan tenang dan mendapatkan hasil yang lebih baik, berikan pujian seperti, "Lihat, usaha keras dan perubahan cara berpikir kamu benar-benar membuahkan hasil!"
Tindakan-tindakan positif ini akan memperkuat keyakinan siswa bahwa mereka berada di jalur yang benar. Penguatan positif tidak hanya memperkuat perilaku yang diinginkan tetapi juga membantu siswa merasa dihargai dan didukung dalam upaya mereka untuk berubah. Ini akan membuat mereka lebih mungkin untuk terus mencoba dan memperbaiki diri.
Selain penguatan positif, refleksi juga memainkan peran penting dalam proses ini. Setelah melalui sebuah pengalaman, ajak siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana perubahan pemikiran mereka memengaruhi hasil yang mereka peroleh. Misalnya, setelah presentasi di kelas yang berjalan lancar, kita bisa bertanya, "Apa yang membuat kamu bisa mengatasi rasa gugup kali ini? Apa yang berbeda dari cara berpikir kamu?"
Dengan mengajak anak-anak untuk melakukan refleksi seperti ini, mereka akan lebih menyadari hubungan antara pemikiran dan perilaku mereka. Mereka juga akan mulai memahami bahwa perubahan positif ini tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil dari usaha dan pemikiran yang mereka bangun. Refleksi ini membantu memperdalam pemahaman mereka tentang proses perubahan, sehingga mereka bisa mengulanginya dalam situasi lain di masa depan.