Dalam mendidik anak, Marwan menirukan cara ayahnya dulu yang mengajarkan anaknya mengkritisi segala sesutu. "Misalnya saja waktu itu saya sedang jalan dengan anak, ada seorang pengemis dijalan, lalu itu menjadi diskusi kami selama perjalanan. Saya jelaskan hal itu sudah diatur di UU. Saya katakan 'Nanti kau baca pasal per pasal, kalau kau nanti jadi kepala daerah, itu menjadi tugasmu'. Dari situ mereka mulai menyampaikan ide-idenya yang diawali kata 'Kalau saya jadi Wali Kota...'. Paling tidak, saya membawa mereka berangan-angan. Dirangsang agar mereka mencari dasarnya apa," ungkapnya.Â
Namun, saat pulang ke Medan dan ingin menghabiskan waktu dengan keluarga, ada saja tamu yang datang. Sadar sebagai Anggota DPR yang dijadikan jembatan bagi kosntiuennya untuk menyampaikan berbagai masalah, sehingga ia tidak bisa menolaknya.
Mengakhiri perbincangan, Marwan mengatakan masih banyak utang kepada kosntituennya, yang cukup membuatnya merasa terbebani dan ingin segera melunasinya. Namun ia berkomitmen untuk melunasi utang-utang dan menjalankan tugas sebagai Anggota DPR RI sesuai dengan tugas dan fungsinya. (rnm/sf)
*Tulisan ini telah dimuat sebelumnya dalam Majalah Parlementaria DPR RI edisi bulan April 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H