Panggung Politik
Singkat cerita, setelah lulus kuliah dan aktif berorganisasi, Marwan tergabung dalam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tahun 1999 dan menepati jabatan sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Sumatera Utara. Tahun 2009, ia mencalonkan diri menjadi Anggota DPR RI. Sayangnya, ketika itu ia gagal memperoleh suara minimal. Hal itu sempat menyurutkan langkahnya untuk 'berlaga'di Senayan. Namun baginya, kegagalan bukan sebuah kiamat. Ia kembali mencoba tahun 2014 dengan meninggalkan strategi tahun 2009 yang menghabiskan biaya cukup banyak.
"Modalnya dengan keliling menyapa masyarakat. Saya  bilang 'Saya mau Caleg suara kalian mau taruh ke siapa?'. Mereka bilang 'Sebelumnya tidak ada yang datang ke sini, jadi kami tidak tahu. Tapi ada bapak ke sini, kami akan pilih'. Nah dari sekian Caleg saya hadir. Maka kesimpulannya, Caleg itu harus turun ke Daerah Pemilihan dan benar-benar menyapa," katanya.
Akhirnya, Marwan pun terpilih menjadi Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari PKB, Daerah Pemilihan Sumatera Utara II, yang terdiri dari 19 Kabupaten dan Kota. Semula, ia duduk di Komisi IX DPR RI, namun tak lama kemudian pindah ke Komisi VIII DPR RI dan mendapat amanah dari partai untuk duduk menjadi Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI.
Namun, karena ada perpindahan komisi itu, Marwan menyesalkan masih adanya utang kepada konstituen yang belum tuntas sewaktu ia duduk di Komisi IX DPR RI, khususnya masalah BPJS Kesehatan. Namun, semangat untuk melindungi pekerja migran telah diselesaikannya, saat ia dan Anggota Komisi IX DPR RI lain berhasil menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Migran Indonesai (RUU PPMI).Tantangan pun ditemuinya saat di Komisi VIII, karena urusan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) serta permasalahan Program Keluarga Harapan (PKH) sulit didapatkan oleh konstituennya di Dapil.
Menurut Marwan, infrastruktur di Dapilnya belum baik, sehingga konstituennya enggan mengurus PKH, karena biaya untuk mengurus lebih besar daripada bantuan uang yang diterima. Untuk itu, dalam setiap rapat dengan Kementerian Sosial, ia selalu meminta Pemeritah menyelesaikan masalah ini. Menurutnya, setidaknya ada bank yang buka minomal dua kali dalam seminggu, untuk menampung aspirasi kebutuhan masyarakat dan agar tersalurkannya dengan tepat bantuan sosial yang digulirkan oleh pemerintah melalui bank.
"Permasalahan ini sudah maksimal kita perdebatkan di Komisi VIII DPR RI, sampai diangggap bermusuhan. Karena mereka seperti tidak mau tahu. Saat kita laporkan ada masalah yang ditemukan, pemerintah bilang sudah selesai. Tapi saat reses ke Dapil, masalahnya yang disampaikan itu lagi. Â Menjadi Anggota DPR, tidak enak saat turun ke Dapil, tapi permasalahan belum tuntas. Andai kita yang punya program ini, kita ingin segera menyelesaikan. Tapi kan DPR tidak ada anggaran dalam hal program. Jadinya, masyarakat Dapil menganggap DPR tidak bekerja," jelasnya.
Selalu Ingin Pulang Ke Rumah
Di luar parlemen, Marwan adalah sosok suami dan ayah yang baik bagi istri dan ketiga anaknya. Sang istri, Ismah Amrina, dan ketiga anaknya, Rania Adiba Dasopang, M. Zaki Fadilah Dasopang  dan  Raisa Alika Dasopang kini tinggal di Medan. Sementara Marwan di Jakarta. Jauh dari keluarga, membuat Marwan ingin selalu pulang ke Medan, hanya untuk sekedar melepas rindu.
Ada sedikit cerita lucu yang hanya diceritakan Marwan kepada Parlementaria. Hal itu terjadi ketika anaknya yang terakhir masih kecil. Akibat terlalu lama merantau ke Jakarta, saat kembali ke Medan, si bungsu enggan mengenali dirinya. Tentu rasanya sedih dan sangat terenyuh, hingga akhirnya pelukan yang menyatukan ayah dan anak.
"Saya dan istri memiliki komitmen dalam membina rumah tangga LDR (long distance relationship), sehingga keputusan ini tidak menjadikan kita uring-uringan. Dalam hal itu, saya sangat memuji istri saya. Karena dengan usia yang lebih muda dari saya, tapi bisa paham dengan keadaan. Masa awal-awal dulu, saya merasa sedih karena lama tidak pulang anak saya yang kecil tidak mau digendong. Dia sudah tidak mengenali ayahnya, tapi begitu dipeluk dia mau. Itu saya simpulkan, tidak boleh terlalu lama jauh dari anak. Karena membina anak, selain memberi kecukupan pembinaan, tetapi perlu kedekatan secara personality," jelasnya penuh tawa.