Mohon tunggu...
Rahmat Kurnia  Lubis
Rahmat Kurnia Lubis Mohon Tunggu... Penjahit - Penggiat Filsafat

Santri Desa, Kaum Sarungan, Suka Membaca, Suka Menulis, Suka Berjalan, Suka Makan dan Semuanya Dilakukan Dengan Suka-Suka. Alumni UIN Sunan Kalijaga (Suka), Suka Filsafat dan Suka Indonesia Berbudaya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Islam Nusantara, Perlukah?

23 Agustus 2018   19:22 Diperbarui: 23 Agustus 2018   19:39 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam Nusantara begitu meninggal dikafaninya pakai batik, menjawab Nukar dan Nakir pakai bahasa Jawa, hal demikian tentu pernyataan dan kesimpulan yang sangat keliru.

Apa yang disebut dengan Islam Nusantara sejatinya adalah upaya menghidupkan kembali pemahaman Islam dalam konteks ke-Indonesiaan yang telah Kiai Wahid lakukan, selanjutnya kembali di gagas ulang oleh KH Abdurrahman Wahid dengan ide pribumisasi Islam, kemudian diteruskan Ketum PBNU berikutnya, KH Hasyim Muzadi, dalam bentuk menolak gerakan Transnasional Islam. 

Dari sudut keilmuan, Islam Nusantara merupakan juga kelanjutan dari gagasan Prof. Hazairin akan Mazhab Nasional dan ide Fikih Indonesia dari Prof Hasbi As-Shiddieqy.

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj sendiri menyampaikan bahwa Islam Nusantara bukan madzhab dan bukan pula aliran, dia hanya tifologi alias karakter dimana budaya dan agama hidup di bumi nusantara,  sama halnya dengan Islam Berkemajuan yang didengungkan oleh Muhammadiyah. Islam terpadu biasanya disebutkan oleh kader-kader PKS di Indonesia.

Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur, KH Afifuddin Muhajir menyebutkan "...Apa yang disebut Islam Nusantara adalah menyelaraskan ide dan gagasan sesuai dengan budaya bangsa yang tidak boleh melampaui wilayah Syariat. 

Jadi sangat jelas bukan sesuatu hal yang bertentangan dengan substansi Islam. Mungkin kita juga masih ingat dengan dakwah kulturalnya Sunan Kalijaga dalam melakukan Islamisasi di Pulau Jawa, jika saja Islamisasi dilakukan dengan penaklukan maka dia akan tinggal puing-puing saja, tidak lebih hanya semacam artepak, ritus sejarah yang menyakitkan bila dikenang. \

Tetapi Wali Songo menghidupkan nilai-nilai substansial Islam ditengah kehidupan bermasyarakat dengan tetap memelihara budaya-budaya yang sesuai dengan wilayah syariat, bahkan sangat menghormati kultur yang ada sampai dakwah dengan gamelan, nyanyian Ilir-Ilir, blankon menjadi pintu masuk Islam Nusantara.

Salah satu kejeniusan Nahdlatul Ulama dengan gagasan Islam Nusantara adalah mencoba membendung paham gerakan transnasional, Gerakan "Islam" import yang tidak cocok dengan budaya Indonesia dan telah bercampurnya dengan ideologi politik, nafsu kekuasaan seperti ISIS, Khawarij, dan Al Qaeda yang telah berusaha merusak sendi-sendi pemikiran anak muda di Indonesia. Islam Nusantara pada akhirnya adalah sekaligus antitesis terhadap liberalisme ala barat yang kebablasan, ideologi radikal yang berlebihan.  

Sampai saat ini penulis sebenarnya masih terus bertanya terhadap orang yang kontra terhadap Islam Nusantara, kenapa ketika Islam Nusantara di dengungkan oleh Nahdlatul Ulama begitu menjadi sorotan dan cibiran, sebaliknya Islam Berkemajuan, Islam Terpadu, Islam Progresif, Islam Yaman, Islam Syiria, Islam Mesir, Islam Sunni, Islam Syafii, Islam Hanafi, Islam Naqsyabandi tidak menjadi soal?  

Apakah kritik kita lebih kepada persoalan substansi, politik dan kebencian atau karena memang kita tidak paham sama sekali ?. Semoga bagi yang pro dan kontra tidak menjadikan kita lebih merasa paling Islam dari pada lainnya, tidak merasa kita paling surga dibanding lainnya. Karena bisa jadi karena persoalan "paling dan merasa" ini justeru pada akhirnya menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.

Penulis adalah Konsultan Arab, Film Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, Sejarah dan Perlawanan Nahdlatul Ulama terhadap Kolonialisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun